Showing posts with label KISAH NYATA. Show all posts
Showing posts with label KISAH NYATA. Show all posts

Thursday, June 16, 2016

Kisah Ajaib TerpilihnyA Umar bin Abdul Aziz Sebagai Khalifah

Kisah Ajaib TerpilihnyA Umar bin Abdul Aziz Sebagai Khalifah

Orang besar, hebat, luar biasa, ahli ilmu seperti Umar bin Abdul Aziz tidak mungkin meminta jabatan khalifah untuk dirinya. Ia tentu ingat pesan Rasulullah kepada ummatnya untuk tidak meminta jabatan atau tidak memberikan jabatan kepada orang yang memintanya.

Hal inilah yang dilihat dengan jelas oleh Raja' bin Haiwah, seorang ahli fiqih, ulama' besar saat itu. Raja' menilai bahwa Umar ini memiliki kompetensi dan persyaratan yang mumpuni untuk memimpin ummat. Tapi raja' juga memahami bahwa Umar tidak mungkin meminta jabatan ini. Ia melihat bahwa orang seperti Umar itu harus dimunculkan ke permukaan. Baru kemudian setelah muncul diberikan dukungan yang kuat.

Jasa terbesar Raja' bin Haiwah dalam sejarah peradaban Islam adalah, keberhasilannya dalam membujuk Sulaiman bin Abdul Malik untuk mewasiatkan tampuk kekhilafahan kepada Umar bin Abdul Aziz saat dirinya sedang sakit keras. Usulan itu disepakati oleh Sulaiman dan akhirnya tampil-lah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah yang fenomenal.

Ibnu Sirin berkata, "Semoga Allah merahmati Sulaiman. Ia mengawali kepemimpinannya den-gan menghidupkan kembali shalat tepat pada waktunya dan mengakhiri kepemimpinannya dengan mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya. Ia meninggal pada tahun 99 H. umar bin Abdul Aziz ikut hadir menshalatkannya. Dan di cincinnya tertulis, "Aku beriman pada Allah dengan ikhlas."

Banyak riwayat yang menceritakan tentang perjalanan bagaimana Sulaiman memilih Umar untuk menggantikannya. Diantara riwayat yang adalah riwayat Ibnu Sa'dSuhail bin Abi Suhail.

Hari itu adalah hari jum'at. Sulaiman bin Abdul Malik memakai pakaian berwarna hijau yang terbuat dari sutera. Lalu ia bercermin dan berkata, "Demi Allah, aku adalah raja muda." Kemudian ia keluar ke masjid untuk memimpin shalat Jum'at.

Saat pulang ia merasakan badannya panas tinggi. Setelah merasa berat, iapun segera menulis surat. Didalamnya ia mewasiatkan kepada Ayub, salah seorang puteranya yang masih kecil, belum baligh, untuk menjadi khalifah setelahnya.

Mengetahui hal itu, Raja' pun segera bertanya, "Apa yang kamu perbuat wahai Amirul Muk-minin? Sesungguhnya diantara yang akan menjaga seorng khalifah di kuburnya adalah hendaklah ia memilih pengganti orang yang shalih.

"Aku sudah mempertimbangkannya." jawab Sulaiman. Setelah berlalu satu atau dua hari akhirnya surat wasiat itu dibakar. Lalu Sulaiman memanggil Raja' bin Haiwah.

"Bagaimana menurutmu dengan puteraku, Daud bin Sulaiman?" paparnya.
"Ia sedang di Konstantinopel. Sedang engkau tidak tahu, apakah dia masih hidup atau sudah mati."
"Menurutmu siapa, Raja'?"
"Aku ikut pendapatmu, wahai Amirul Mukminin." jawab Raja' merendah.
"Aku hanya ingin tahu saja siapa menurutmu."
"Bagaimana kalau Umar bin Abdul Aziz?"
"Sungguh aku sangat mengenalnya sebagai orang mulia dan pilihan. Tapi jika aku memilihnya, dan aku tidak memilih salah satu dari keturunan Abdul Malik, sungguh akan terjadi fitnah. Mereka tidak akan diam begitu saja. Kecuali jika aku menjadikan salah satu dari mereka khalifah setelahnya. Mungkin Yazid bin Abdul Malik? Yazid bin Abdul Malik bisa aku jadikan khalifah setelahnya nanti. Bagaimana?"
"Setuju."
Kemudian Abdul Malik menulis;
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah surat dari Abdullah Sulaiman Amirul Mukminin untuk Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya aku mengangkatmu sebagai khalifah setelahku. Dan setelah itu adalah Yazid bin Abdul malik. Maka dengarkanlah ia dan taatlah kalian kepadanya. Bertakwalah kalian pada Allah dan jangan bercerai berai.

Setelah itu surat wasiat itu distempel. Kemudian Sulaiman mengirimkan perintah kepada Ka'ab bin Hamid, salah seorang kepala penjaga, untuk mengumpulkan anggota keluarga. Setelah semuanya berkumpul, Sulaiman berkata kepada Raja', "Bawalah surat wasiat ini kepada mereka. Kabarkan pada mereka bahwa ini adalah surat wasiat dariku. Suruhlah mereka untuk membaiat orang yang namanya kutulis didalamnya."
Raja' melakukan perintah Sulaiman. Setelah menengar penjelasan dari raja', mereka berkata, "Kami mendengar dan kami mentaati siapa yang namanya ditulis di dalamnya. Sekarang kami ingin bertemu dengan Sulaiman."

Merekapun masuk menemui Sulaiman. Kemudian Sulaiman berkata, "Surat itu adalah wasiatku. Dengarkanlah kalian, ta'atilahdan bai'atlah orang yang namanya kutulis disana."

Setelah semuanya pergi, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz datang menemui Raja'. "Wahai Abul Miqdam, sesungguhnya Sulaiman mencintaiku dan menghormatiku. Ia juga baik dan lemah lembut padaku. Aku takut jika dia melibatkanku dalam urusan ini. Maka atas nama Allah, penghormatanku dan kasih sayangku, aku memintamu untuk mengabariku. Jika memang memang itu benar, maka aku akan mengundurkan diri mulai sekarang, sebelum datang keadaan yang mana aku tak mampu lagi untuk mengundurkan diri."
"Demi Allah, satu huruf pun tak akan kuberitahu." jawab Raja'. Umar pun pergi dalam keadaan marah. Setelah itu datanglah Hisyam bin Abdul Malik menemuiku.

"Wahai Raja', sungguh aku menghormatimu dan mencintaimu sejak dulu. Beritahukan kepadaku, apakah wasiat itu untukku? Jika untukku maka aku telah mengetahui. Tapi jika bukan maka aku akan angkat bicara. Tidak ada yang lebih pantas dariku. Beritahu aku, semoga Allah mem-berimu pahala dan aku tidak akan menyebut namamu selamanya." kata Hisyam bin Abdul Malik.

"Demi Allah, satu huruf pun tak akan kuberitahu." jawab Raja'. Hisyam beranjak pergi setelah memukulkan kedua tangannya dalam keadaan marah sambil berkata, "Akankah keluar dari ketu-runan Abdul Malik!"
Kemudian Raja' masuk menemui Sulaiman. Ternyata ia sudah meninggal. Lalu Raja' menye-limutinya dengan kain hijau dan menutup pintu kamar. Lalu datanglah utusan istrinya hendak meli-hatnya. Setelah bertanya tentang keadaannya, Raja' menjawab, "Ia telah tidur dan memakai selimut."

Raja' menunjuk salah seorang kepercayaannya untuk berdiri di depan pintu, menjaga agar jangan samapi ada siapapun yang masuk. Kemudian Raja' menyuruh Ka'ab bin Hamid al-Ansi untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga kerajaan. Merekapun berkumpul di Masjid Dabiq.
"Lakukanlah bai'at" pinta Raja' pada mereka.
"Kami sudah membai'at. Apakah harus dua kali melakukannya?!' jawab mereka.
"Ini adalah perintah Amirul Mukminin. Lakukanlah baiat kepada nama yang tertulis di dalam surat ini sesuai perintahnya."
Merekapun akhirnya melakukan bai'at untuk yang kedua kalinya satu-persatu. Setelah selesai Raja' berkata, "Bangkitlah kalian. Sesungguhnya khalifah telah meninggal."
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." sahut mereka.

Lalu Raja' membacakan surat wasiat itu. Ketika sampai pada nama Umar bin Abdul Aziz, tiba-tiba Hisyam berteriak, "Kami tak akan membai'atnya selamanya!!"
"Demi Allah, aku akan penggal lehermu! Berdiri dan berbai'atlah!" sahut Raja'.

Hisyampun berjalan dengan berat. Raja' berjalan mendekati Umar dan mendudukkannya di atas mimbar. Berkali-kali Umar melafadhkan kalimat istirja' karena wasiat itu diamanahkan un-tuknya. Sedang Hisyam melafadhkan istirja' karena merasa bersalah.

Setelah sampai di dekat Umar, Hisyam berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Urusan ini jatuh kepadamu, bukan pada keturunan Abdul Malik."

Umar bin Abdul Aziz menjawab, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Urusan ini jatuh padaku padahal aku membencinya." 1

Wednesday, April 6, 2016

KISAH CINTA TAK SAMPAI KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ RAHIMAHULLAH


Satu fragmen yang menggambarkan tingkat tajarrud Umar bin Abdul Aziz yang luar biasa adalah kisah “cintai tak sampai”-nya beliau.

Dikisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah jatuh cinta dengan sangat berat dan mendalam terhadap budak perempuan milik istrinya, Fathimah binti Abdul Malik.

Perempuan itu memang hanyalah seorang amah, seorang budak perempuan, namun, ia sangat cantik jelita, mengalahkan banyak wanita merdeka di zamannya, dan budak itu milik Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, istri Umar bin Abdul Aziz.

Sebelum Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, berkali-kali ia meminta kepada Fathimah, istrinya, agar sang istri menghibahkan budak perempuan itu kepadanya, atau menjualnya kepadanya.

Namun, karena budak itu sangat cantik jelita, dan sang istri mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya, sang istri tidak mau memenuhi permintaan sang suami. Wajar lah, wanita mempunyai rasa cemburu, dan ia takut “kalah bersaing” dengan sang budak itu.

Sang amah atau budak perempuan itu pun mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya.

Sampai akhirnya, tibalah masa di mana tanggung jawab kehilafahan jatuh pada Umar bin Abdul Aziz.
Perlu diketahui bahwa dulunya gaya hidup Umar bin Abdul Aziz adalah gaya hidup istana, penuh dengan kemewahan dan bergelimang dalam harta dan fasilitas.

Maklum lah, ia adalah putra Abdul Aziz, dan Abdul Aziz adalah putra Marwan bin al-Hakam. Pamannya dan sekaligus mertuanya adalah Abdul Malik bin Marwan, salah seorang khalifah Bani Umayyah yang sangat terkenal.

Bahkan life style Umar bin Abdul Aziz yang sangat berbeda dari sisi kehebatan penampilannya itu, sampai-sampai muncul istilah: Cara berpakaian Umar, parfum Umar, gaya berjalan Umar, dan sebagainya.
Bahkan, banyak anak gadis menjadikan Umar bin Abdul Aziz sebagai model dalam life style mereka.
Dulunya, Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemuda yang bercita-cita “unik”.

Sewaktu masih lajang, cita-citanya adalah menikahi Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, putri cantik jelita anak khalifah yang sangat terkenal itu. Maka ia persiapkan dirinya sedemikian rupa, baik materi maupun inmateri, agar dapat memenangkan “kompetisi” dalam “memperebutkan” Fathimah bin Abdul Malik. Dan akhirnya, berhasil lah ia menikahi Fathimah binti Abdul Malik.

Lalu, ia pun bercita-cita ingin menjadi gubernur Madinah, satu jabatan kegubernuran yang paling bergengsi pada zaman itu, dan posisi yang paling banyak diminati oleh keluarga besar Bani Umayyah. Maka ia pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya, baik dari sisi kapasitas moral, ilmiah, dan sebagainya, agar pilihan sang khalifah jatuh kepadanya untuk menjadi gubernur Madinah. Dan akhirnya, cita-cita ini pun berhasil ia raih.
Sukses menjadi gubernur Madinah, ia pun bercita-cita ingin menjadi khalifah. Maka ia persiapkan diri sebaik-baiknya, agar saat cita-cita itu tercapai, ia menjadi seorang khalifah yang sukses, dunia dan akhirat. Dan akhirnya, ia pun menjadi seorang khalifah.

Karena sudah tidak ada lagi cita-cita duniawi yang lebih tinggi dari khalifah, maka, setelah ia menjadi khalifah, ia bercita-cita ingin masuk syurga Allah SWT.

Maka dipilihkan gaya hidup baru sebagai cara dan jalan untuk menggapai cita-citanya yang terakhir ini, disamping dengan cara menjadi khalifah yang seadil-adilnya.

Dan gaya hidup baru itu adalah gaya hidup zuhud. Maka seluruh harta yang ia miliki ia jual, dan hasilnya diserahkan ke baitul mal, sementara itu, sebagai seorang khalifah, ia hanya mengambil gaji dua dirham perhari, atau 60 dirham perbulan.

Sehingga, setelah ia menjadi khalifah, ia hidup sebagai seorang yang sangat miskin, dan fisiknya pun tidak lagi parlente, megah dan mewah seperti dahulu.

Kembali kepada kisah cintanya..
Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi miskin, dan hari demi hari disibukkan oleh upayanya menjadi seorang khalifah yang adil, istrinya, Fathimah bin Abdul Malik, merasa iba dan kasihan kepadanya. Maka dihibahkanlah budaknya yang cantik jelita itu kepada Umar bin Abdul Aziz.

Di luar dugaan sang istri dan budaknya sekaligus, ternyata Umar bin Abdul Aziz menolak hibah tersebut.
Sebenarnya, kalau saja sang istri dan sang budak itu mengetahui hal yang sebenarnya, keduanya tidak perlu terkejut, sebab, momentum penghibahan itu terjadi setelah Umar bin Abdul Aziz bercita-cita ingin masuk syurga. Sementara Umar bin Abdul Aziz tahu betul bahwa syurga itu diperuntukkan bagi seseorang yang memenuhi kriteria tertentu, yang diantaranya adalah firman Allah SWT:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤٠) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤١)
dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An-Nazi’at: 40 – 41).

Bahkan Umar bin Abdul Aziz bertindak lebih jauh dari sekedar menolak hibah istrinya itu, meskipun hibah itu sendiri adalah budak perempuan yang sangat cantik jelita dan yang “dicinta”-nya secara berat dan mendalam.

Umar meminta kepada Fathimah untuk menjelaskan asal muasal budak perempuan itu, yang kemudian diketahui bahwa ia pada asalnya adalah tawanan perang yang kemudian menjadi budak. Dan pada saat para tawanan itu dibagi-bagikan kepada para prajurit, ia terjatuh menjadi bagian dari seorang prajurit.
Tetapi, dengan alasan menghilangkan kecemburuan prajurit lainnya, budak perempuan itu akhirnya diambil oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan, yang lalu dihibahkan kepada putrinya, Fathimah.
Mendengar penjelasan itu, maka Umar bin Abdul Aziz meminta agar prajurit itu dipanggil untuk menerima kembali jatah dan bagiannya yang selama ini tertunda.

Prajurit itu pun datang, maka oleh Umar bin Abdul Aziz, diserahkanlah budak perempuan yang cantik jelita itu kepadanya.

Sang prajurit pun berkata: Wahai amirul mukminin, budak perempuan itu adalah milik anda, maka terimalah. Namun Umar tetap menolak.

Prajurit itu pun berkata: “kalo begitu, belilah ia dariku, dan aku dengan senang hati akan menerima akad jual beli ini”.

Tawaran ini pun ditolak oleh Umar. Dan ia pun bersikeras agar sang prajurit itu membawa pergi budak perempuan tersebut.

Budak perempuan itu pun menangis dan berkata: “kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin??”.

Umar menjawab: Cinta itu tetap ada di dalam hatikum, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu, akan tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang yang “menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu” sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Q.S. An-Nazi’at: 40 – 41.

Semoga Allah SWT senantiasa merahmatimu wahai Umar bin Abdul Aziz

Keajaiban Sosial dizaman Umar bin Abdul Aziz


Khalifah Umar bin Abdul Aziz menaruh perhatian yang sangat besar dalam hal menyebarkan kebaikan-kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Kebaikan dalam bentuk apapun, termasuk selera rakyat. Ia memanfaatkan madrasah-madrasah, majelis-mejelis ilmu dan sarana pendidikan ummat lainnya untuk menyebarkannya.

Keajaiban sosial pun terjadi. Revolusi yang diusung Khalifah Umar bin Abdul Aziz ternyata mampu mewarnai selera, karakter, kepribadian, kebisaan dan hobi masyarakat dalam tempo waktu yang sangat singkat. Dua puluh sembilan bulan saja.

Ibnu Jarir ath-Thobari menceritakan perjalanan selera dan kakater sosial dengan sangat manis dalam buku tarikhnya. Ujarnya, "Walid adalah pemimpin yang terkenal dengan pembangunanpembangunannya. Karena itulah masyarakat pada saat itu, jika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling menanyakan tentang rumah dan bangunan masing-masing. Kemudian tampillah Sulaiman. Ia adalah pemimpin yang terkenal dengan menikah dan makan. Karena itulah masyarakat pada saat itu, jika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling menanyakan tentang istri dan budak-budak yang dimiliki oleh masing-masing. Ketika Umar bin Abdul Aziz memimpin, berubahlah semuanya. Masyarakat pada saat itu, ketika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling bertanya tentang, bagaimana kamu melewati malam-malammu? Berapa banyak ayat al-Qur'an yang sudah kamu hafal? Kapan kamu selesai menghafal semuanya? Kapan kamu biasa mengkhatamkan al-Qur'an? Puasa sunnah apa saja yang telah kamu kerjakan di bulan ini?"

Mengubah selera pembicaraan masyarakat itu tidak mudah, apalagi kebiasaan mereka. Namun dengan semangat dan keteladanan, Umar bin Abdul Aziz mampu melakukannya. Semula masyarakat gemar berbicara tentang kemegahan dunia. Namun setelah Umar bin Abdul Aziz memimpin, tema pembicaraan mereka berubah. Masalah-masalah agama, ibadah dan kampung akhirat. Tentu ini adalah revolusi sosial yang menakjubkan.

Monday, April 4, 2016

Sungguh Ajaib, Beginilah Keadaan Orang Miskin dizaman Umar bin Abdul Aziz


Seperti apakah orang yang harus dibantu keuangannya pada masa Umar bin Abdul Aziz?
Sebuah pertanyaan yang sangat menarik. Barangkali ada yang memiliki persepsi tentang orang miskin. Pasti kerja mereka tidak tetap alias serabutan, tidak punya rumah, atau kalau punya mungkin kecil dan tidak bagus, perabotan rumah tangga mereka juga terbatas pada perabotan yang penting-penting saja, dan seambrek gambaran orang-orang miskin sebagaimana yang kita dapati hari ini.

Ya, kita tidak menyalahkan jika ada yang memiliki persepsi seperti itu tentang mereka. Karena kita hidup di era yang tidak sedikit orang-orang miskinnya. Tidak sedikit pula para penganggurannya. Tidak sedikit orang-orang yang tinggal di bawah kolong jembatan, apalagi di ibu kota. Tidak sedikit orang yang meminta-minta di perempatan lampu merah atau di rumah-rumah. Jadi pemandangan seperti itulah yang kita temui sehari-hari. Akhirnya menimbulkan persepsi dalam otak kita bahwa orang miskin itu seperti itu.

Tapi tidak seperti itu orang miskin yang perlu dibantu keuangannya pada masa Umar bin Abdul Aziz. Seperti apa mereka? Simaklah pernyataan Umar bin Abdul Aziz ketika bercakap-cakap lewat surat dengan salah seorang pegawainya berikut ini.

Saat itu Khalifah Umar bin Abdul Aziz mencanangkan program bantuan kepada orang-orang
miskin. Bagi siapapun orang yang dililit hutang dan tak mampu mengembalikannya maka pemerintah akan membantunya dalam mengembalikan hutang-hutangnya itu. Tentu ini adalah salah satu program untuk menyelamatkan dan meningkatkan perekonomian rakyat. Hingga akhirnya datanglah sebuah surat dari salah seorang pegawainya yang diantara isinya adalah sebagaimana berikut ini: "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kami mendapati orang yang mempunyai rumah, pembantu, perabotan rumah tangga yang lengkap serta kendaraan. Apakah mereka perlu dibantu untuk mengembalikan hutangnya?"

Khalifah menjawab: "Seorang muslim itu harus mempunyai rumah untuk berteduh, pembantu yang membantunya sehari-hari, kuda untuk berjihad melawan musuh serta perabotan untuk rumahnya. Maka yang seperti itu jika memiliki hutang tetaplah seorang yang perlu dibantu."

Subhanallah!!! Itu semua adalah bukti betapa makmur dan sejahteranya masyarakat ketika itu. Sungguh kita semua merindukan sosok pemimpin hebat sepertimu, wahai Umar bin Abdul Aziz!!!

Umar Bin Abdul Aziz Kecil dan Sisir Rambut

Umar Bin Abdul Aziz

Sebagai seorang putera Gubernur, tentu Umar bin Abdul Aziz memiliki perhatian tersendiri terhadap penampilannya. Gaya berpakaian, gaya berjalan sampai gaya rambut selalu ia perhatikan.

Kerapian tentu menjadi prioritas khusus baginya. Ditambah lagi usianya ketika itu yang mulai
menginjak remaja.

Ya'kub meriwayatkan dari bapaknya yang menceritakan bahwa Abdul Aziz mengirim puteranya, Umar, ke Madinah untuk menimba ilmu. Ia menulis surat kepada Shalih bin Kisan untuk mendidiknya. Umar pun berpindah guru kepada Ubaidillah bin Abdillah untuk menimba ilmu darinya. Namun Shalih bin Kisan tetap memantau perkembangannya, terlebih urusan shalatnya.

Suatu hari ia terlambat shalat berjamaah. "Apa yang membuatmu sampai terlambat shalat berjamah?" tanya Shalih bin Kisan pada Umar. "Aku sibuk merapikan rambutku." jawabnya. "Sedemikian besarnyakah kesukaanmu dalam menyisir rambut, sampai itu berpengaruh pada shalatmu?!"

Kemudian Shalih bin Kisan menulis surat kepada Abdul Aziz, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur di Mesir, menjelaskan perihal sisir rambut yang terjadi pada anaknya. Lalu Abdul Aziz mengutus seorang utusan untuk datang ke Madinah, dan memintanya untuk mencukur rambut anaknya.

Demikian besar perhatian orang tua kepada anaknya dalam hal kedisiplinan agama. Kesibukan sebagai seorang gubernur ditambah lagi jarak yang jauh bukanlah penghalang untuk berkurangnya perhatian itu, meskipun di Madinah sudah diamanahkan kepada seorang ulama'. Dan perhatian yang diberikan sampai pada hal yang sebagian orang sepele, terlambat shalat berjama'ah gara-gara kelamaan menyisir rambut.

Disitulah sebenarnya kekuatan sebuah perhatian. Tentunya itu adalah perhatian yang tulus, karena cinta dan kasih sayang. Bukan tindakan memata-matai yang lebih fokus dalam melihat kesalahan saja.

Dan ini sebenarnya merupakan sebuah pelajaran tersendiri bagi mereka yang setiap hari sibuk bekerja, berangkat pagi pulang malam, sehingga terkadang berakibat pada kurangnya perhatian kepada buah hati. Abdul Aziz yang seorang gubernur di Mesir dengan berbagai kesibukan yang tentunya tidak sedikit, ternyata mampu melakukan itu, memberi perhatian dengan tulus untuk kebaikan sang anak.

Umar bin Abdul Aziz, mukjizat yang dimiliki oleh Islam

Umar bin Abdul Aziz, mukjizat yang dimiliki oleh Islam

Kita semua tentu mengenal Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Minimal pernah mendengar sepenggal kisah hidupnya, atau mungkin namanya saja. Sudah terlalu harum namanya untuk dikenang. Sudah terlalu besar namanya untuk disebut. Begitu kira-kira ungkapan sederhana untuk menggambarkan kemasyhurannya.

Ada satu hal penting yang menurut saya sangat mengakrabkan kita dengan sosok Umar bin Abdul Aziz. Yaitu, dirinya merupakan sosok yang nyata dalam realita kehidupan. Memang sejarah hidupnya sangat melangit, kepribadiannya seakan mendekati kesempurnaan dan karakter kepemimpinannya yang terkesan ajaib. Tapi begitulah memang adanya. Tidak ada yang dilebihlebihkan tentang kehebatannya. Karena sejarah telah bercerita apa adanya tentang itu semua.

Jadi, kehebatan yang dimiliki oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini berbeda jauh dengan kehebatan para tokoh dalam film-film maupun dalam cerita-cerita novel. Karena sehebat apapun tokoh dalam film maupun novel tersebut, tetap saja mereka hanyalah tokoh fiktif yang sengaja dirancang sedemikian rupa oleh penulisnya. Lain halnya dengan sejarah hidup Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tidak ada rekayasa. Semuanya terjadi dan terbentuk karena proses yang manusiawi dan bisa dilakukan oleh siapapun yang mau mengikuti jejaknya.

Dengan ungkapan lain, sekalipun sejarah hidup Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu melangit, namun beliau tetap merupakan sosok yang membumi, yang pernah hidup di tengah-tengah ummat manusia, kemudian menjadi khalifah, berbuat adil pada rakyatnya, hingga akhirnya mampu menjadi orang hebat di masanya, bahkan di masa-masa setelahnya.

Dari Penjual Susu sampai ke Umar bin Abdul Aziz
 
Masih ingatkah Anda, kisah seorang wanita penjual susu pada masa Khalifah Umar bin Khattab? Kisah yang telah mengalirkan berbagai inspirasi kepada ummat Islam. Kisah yang sangat sarat dengan warna keimanan dan semangat ketakwaan.

Malam hari...
Kota Madinah terlihat sepi dari lalu lalang orang. Hawa musim dingin yang menyayat pori-pori kulit membuat setiap orang enggan untuk keluar rumah. Apalagi sudah lewat tengah malam. Tapi tidak begitu halnya dengan khalifah yang pertama kali diberi gelar 'Amirul Mukminin' ini. Amanah ummat yang dibebankan diatas
pundaknya justru membuat kedua matanya enggan untuk sekedar terpejam di malam hari. Rakyatku... Rakyatku! Iapun bangkit dan beranjak keluar menyusuri setiap lorong-lorong Madinah, untuk melihat kondisi rakyatnya. Begitulah kebiasaan unik Khalifah Umar bin Khattab dalam menghabiskan sebagian waktu malamnya.


Lama ia berjalan ditemani seorang pembantunya. Rasa lelah mulai menggelayuti tubuhnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia bersandar melepas lelah di sebuah dinding rumah sederhana di sebuah perkampungan di Madinah. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan percakapan antara seorang ibu dengan puterinya, pemilik rumah tersebut.

"Campurkan air pada susu yang mau kita jual, nak!" kata ibu kepada puterinya.
"Bagaimana mungkin aku mencampurnya dengan air, bu! Bukankah Amirul Mukminin telah melarang para penjual susu untuk melakukan itu???"
"Penjual-penjual susu yang lain juga mencampur susu mereka dengan air. Sudahlah, nak, campur saja! Amirul Mukminin pasti tidak tahu apa yang kita lakukan!"
"Bu, jika Amirul Mukminin tidak mengetahuinya, maka Tuhan Amirul Mukminin tentu mengetahuinya..."
Umar bin Khattab tak kuasa menahan air matanya ketika mendengar ungkapan sang anak kepada ibunya. Ungkapan yang sederhana, tapi keluar dari jiwa yang bertakwa, sehingga mengundang air mata orang yang mendengarnya. Air mata takwa, dari jiwa yang takwa, ketika mendengar ungkapan ketakwaan.

Umar bin Khattab gembira mendengar kata-kata itu. Ia bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat subuh, kemudian pulang ke rumah dan memanggil salah satu puteranya, 'Ashim, lalu memintanya untuk menimba informasi tentang keluarga penjual susu tersebut. 'Ashim datang menemui Umar bin Khattab, menyampaikan semua informasi tentang perempuan penjual susu dan putrinya. Kemudian Umar menceritakan percakapan antara mereka yang didengarnya tadi pagi menjelang fajar. Ia menyuruh 'Ashim untuk menikah dengan puteri penjual susu itu.

"Pergilah kepadanya dan nikahilah ia, nak! Aku melihat ia adalah wanita yang diberkahi. Mudah-mudahan suatu saat nanti ia akan melahirkan orang hebat yang akan memimpin Arab!"

Keduanya pun akhirnya menikah dan dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Laila, atau biasa dipanggil dengan Ummu 'Ashim. Mereka mendidik Laila dengan baik, dalam suasana keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam, sampai ia tumbuh menjadi seorang gadis yang memahami dan mengamalkan Islam dalam hidupnya.

Laila menikah dengan putera khalifah Daulah Umawiyah yang keempat, namanya Abdul Aziz. Dari perkawinannya itulah lahir seorang anak yang nantinya akan memenuhi dunia dengan keadilan. Dialah Umar bin Abdul Aziz.

Ini adalah sebuah kisah perjalanan sejarah yang panjang tentang seorang wanita yang memiliki nilai agung, yaitu muroqobatullah. Yang ada dalam dirinya hanyalah dia selalu tahu bahwa Allah selalu mengawasinya. Ini merupakan pelajaran sangat mahal yang diberikan oleh Umar bin Abdul Aziz sebagai keturunan dari orang-orang yang memiliki nilai muroqobatullah.

Wednesday, January 27, 2016

Kisah Aneh Dalam Tafsir Ibnu Katsir

Kisah Aneh Dalam Tafsir Ibnu Katsir
Kisah Aneh Dalam Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Al-Qashashah ayat 81-82 mengatakan:

وَقَدْ ذَكَرَ [الْحَافِظُ] مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْذِرِ -شكَّر -فِي كِتَابِ الْعَجَائِبِ الْغَرِيبَةِ بِسَنَدِهِ عَنْ نَوْفَلِ بْنِ مُسَاحِقٍ قَالَ: رَأَيْتُ شَابًّا فِي مَسْجِدِ نَجْرَانَ، فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَيْهِ وَأَتَعَجَّبُ مِنْ طُولِهِ وَتَمَامِهِ وَجَمَالِهِ، فَقَالَ: مَا لَكَ تَنْظُرُ إِلَيَّ؟ فَقُلْتُ: أَعْجَبُ مِنْ جَمَالِكَ وَكَمَالِكَ. فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ لَيَعْجَبُ مِنِّي. قَالَ: فَمَا زَالَ يَنْقُصُ وَيَنْقُصُ حَتَّى صَارَ بِطُولِ الشِّبْرِ، فَأَخَذَهُ بَعْضُ قَرَابَتِهِ فِي كُمِّهِ وَذَهَبَ.

Al-Hafiz Muhammad ibnul Munzir menyebutkan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Aja'ibul Garibah berikut sanadnya dari Naufal ibnu Masahiq yang menceritakan bahwa ia pernah melihat seorang pemuda di dalam masjid Najran. Maka ia memandang pemuda itu dengan pandangan yang kagum karena tubuh pemuda itu tinggi, perawakannya tegap lagi tampan. Pemuda itu menanyainya, "Mengapa engkau selalu memandangku." Naufal ibnu Masahiq menjawab, "Aku kagum dengan ketampanan dan penampilanmu yang menarik." Lalu pemuda itu berkata, "Sesungguhnya Allah benar-benar kagum kepadaku." Naufal ibnu Masahiq mengatakan bahwa ia melihat pemuda itu kian kecil sehingga tingginya tinggal sejengkal. Maka salah seorang kerabatnya menangkapnya dan memasukkannya ke dalam saku bajunya, lalu membawanya pergi.

Tuesday, January 26, 2016

KISAH AJAIB ANAK PALESTINA YANG SEMBUH DARI PENYAKIT SECARA MISTERIUS


Kisah Ajaib ini terjadi di Gaza, Palestina. Seorang bapak dengan delapan anak perempuan belum juga dikarunia anak laki-laki. Beberapa saat kemudian, anak laki-laki lahir untuknya. Dia sangat bahagia. Tetapi setelah berlalu beberapa tahun, tiba-tiba anak itu sakit mendadak. Trombosit darahnya turun drastis. Siapa pun yang memukul anak itu, maka dia akan mengalami pembekuan darah. Tidak seorang pun mampu mengobati anak malang itu. Bapaknya memutuskan untuk membawanya ke Yordania. Diapun diberi obat, tapi setiapkali dilakukan pemeriksaan dan diberi obat darahnya harus diperiksa dan diberi obat dengan dosis yang sesuai. Lalu keluarganya membawanya pulang ke Gaza, dan obatnya itu tidak berpengaruh besar.

Anak itu hanya duduk dirumah. Bapak ibunya hanya bisa memandanginya dengan sedih dan prihatin. Apa yang menimpa anak kami ya Rabbi? Sembuhkanlah putra kami. Anak ini  pun terus berobat di Gaza.

Beberapa saat sesudahnya, bapaknya memutuskan membawanya ke sekolah. Dia menemui kepala sekolah dan menjelaskan keadaan anaknya. Dia meminta kepada sekolah agar jangan sampai ada yang memukul anaknya sehingga darahnya tidak mengalami pembekuan. Sebelum bapak ini berpisah dengan kepala sekolah, dia melihat siswa-siswa disekolah itu minum air bergaram dan disisinya ada WC sekolah. Bapak ini mengelus dada melihat keadaan ini. Dia berkata kepada kepala sekolah, “Aku akan membawa galon air minum ke sekolah ini dan meletakkannya jauh dari WC.”

Bapak ini menepati janjinya. Setiap hari dia mengisi gallon dengan air bersih dan dengan biaya pribadinya. Suatu malam, bapak itu bermimpi didatangi empat Malaikat. Mereka meletakkan anaknya di atas meja seperti meja operasi. Mereka membedah perutnya. Bapak itu mengucapkan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Hingga dia terbangun. Istrinya terkejut, “Ada apa denganmu?” Dia menjawab, “Anakmu akan sembuh, Insya Allah.”

Keesokan harinya, bapak itu membawa anaknya untuk mengambil obat. Sebelum diberi obat, dilakukan pemeriksaan dan terjadilah sebuah mukjizat Allah. Hasil pemeriksaan menunjukkan ada kenaikan trombosit pada darah anaknya ke arah yang normal. Dokter  yang memeriksa terkejut. Bagaimana ini bisa terjadi. Sungguh sesuatu yang aneh.

Lantas dokter pun mengirimkan anak itu ke dokter yang lain. Mungkin dia yang salah dalam memeriksa. Dokter yang lain itu pun memeriksa dan dia lebih terkejut lagi, “Apa yang dia lakukan?” katanya dalam hati. “Ternyata anak ini sembuh total. Apakah masih perlu diberi obat atau tidak?”

Para dokter itu pun lalu menghubungi dokter yang di Yordania. Mereka menjelaskan perkaranya seperti apa, maka dia menjawab dengan penuh keyakinan, “Kita para dokter hanya bisa mengobati yang sakit, tetapi yang menyembuhkan tetap hanya Allah.” Anak itu kemudian pulang ke rumah. Maka, bapak-ibunya pun  bahagia karenanya.

 Sumber: Misteri,Dibalik Sedekah, Samr binti Muhammad al Jum’an, Penerbit Pustaka Inabah

Friday, December 18, 2015

Kisah Paling Ajaib diKota Madinah pada tahun 654H

Kisah Paling Ajaib diKota Madinah

Imam Nawawi menulis dalam kitabnya,Syarh Shahih Muslim,"Pada zaman kami,muncul api di Madinah pada tahun 654H.Api itu besar sekali dan muncul dari arah timur Madinah di belakang Herat."

"Peristiwa Aneh ini diketahui secara mutawatir oleh penduduk Syam dan semua daerah.Penduduk Madinah yang menyaksikan hal ini memberitakannya kepadaku."

Menurut saksi,api itu adalah ledakan dari gunung berapi yang sangat hebat dan disusuli pula oleh gempa bumi.Kejadian ini adalah bukti bahawa peristiwa itu sesuai dengan sebuah hadis Nabi S.A.W.yang telah menyebutkannya sebelum peristiwa itu.

Dari Abu Hurairah diriwayatkan bahawa Nabi S.A.W.bersabda,"Kiamat tidak akan berlaku sehingga muncul api dari tanah Hijaz yang menerangi punuk-punuk unta di Basrah."(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Basrah adalah sebuah kota yang terkenal di daerah Syam.Basrah adalah kota Hauran yang jaraknya tiga marhalah dari Damsyik.

Ketika peristiwa ini berlaku,api dari Hijaz itu benar-benar telah menerangi punuk-punuk unta di Basrah bahkan para pelajar yang berada jauh dari Basrah dapat membaca kitab mereka dengan bantuan cahaya tersebut.

Al-Maqdisi mencatakan peristiwa kelam-kabut yang mengerunkan itu sebagaimana dituturkan oleh Abu Syamah,saksi yang melihat kemunculan api tersebut.

Pada malam itu mereka berada di rumah.Tiba-tiba suasana menjadi terang-benderang seolah-olah setiap rumah memasang pelita.

Tidak terasa panas walaupun api begitu besar.Ini merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Azza Wa Jalla.Pada malam Rabu,3 Jamadilakhir 654H di Madinah,kedengaran bunyi yang mengemparkan.Kemudian terjadi gempa bumi yang mengegarkan tanah,dinding,atap dan pintu sehingga ke Hari Jumaat.

"Kemudian muncul api besar di Harrah dekat Quraizah.Kami dapat melihat cahaya itu dari rumah seakan-akan api tersebut begitu dekat kerana terlalu terang-benderang.Api itu sangat besar dan lidah apinya lebih besar dari 3 menara.Ia menjalar ke wadi Syahza dan menghentikan aliran air Syahza."

"Demi Allah,kami telah bertanya kepada sekumpulan orang yang menyaksikannya.Tiba-tiba gunung menjadi lautan api sehingga menutupi Herat yang merupakan jalan bagi orang-orang Iraq pergi haji.Api itu terus marak hingga ke Herat dan berhenti di situ.Kami sedar bahawa api itu sudah begitu hampir dengan kami.Lalu api itu menjalar ke arah timur pula."

"Dari tengah-tengahnya,keluar bukit-bukit api yang melahap batu-batan.Ini merupakan contoh dari apa yang diwahyukan Allah dalam kitabNya:"Sesungguhnya mereka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana laksana iringan unta yang kuning."(Surah Al-Mursalat:32-33).

Laluan api telah berubah dan kembali mengila di Quraizah.Kami dapat melihatnya pada malam hari dari Madinah bagaikan unggun api para jemaah haji,"begitu keterangan Al-Maqdisi sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Syamah.

Api marak menyala sebesar gunung itu memang menggerunkan penduduk Madinah.Abu Syamah juga menceritakan bagaimana api yang besar itu muncul di sebelah timur Madinah.Ia mengegarkan bumi dan menjalar hingga ke Bukit Uhud dan berhenti di situ.

Malam ketika petaka dahsyat itu berlaku,penduduk Madinah seakan-akan terdengar bunyi petir selama 2 hari berturut-turut.Masuk hari ke-3,terjadi gempa bumi.Mereka menyaksikan kejadian ngeri itu di Madinah.

"Kami dapat menyaksikan bunga api sebesar dan setinggi istana sebagaimana yang digambarkan Allah.Api itu berada di suatu tempat bernama Ajilain."

"Dari api itu juga muncullah oasis api berbatu-batu panjangnya.Api itu menjalar dan marak di permukaan bumi sehingga batu-batan meleleh cair.Setelah beku,batu itu berwarna hitam,"begitulah yang dituturkan oleh Abu Syamah.Padang pasir dan gunung-ganang dijilat api,banyak orang meninggalkan maksiat dan kembali mendekati Allah S.W.T.

Amir Madinah mula membasmi kezaliman yang biasa dilakukan rakyat.Peristiwa ngeri itu benar-benar telah mengubah cara hidup mereka.Mereka telah bertaubat sehingga tidak terdengar paluan rebana,gendang atau majlis minum-minum.Pada malam kejadian itu,ramai yang berhimpun di Masjid Nabawi berhampiran makam Nabi S.A.W.

Ketika gempa bumi berlaku,mimbar masjid bergoncang.Bunyi besi bergeser kedengaran.Lampu-lampu yang tergantung bergoyang.Bunyi gempa bagai halilintar yang menggelagar.Semua berkumpul di ruangan makam Nabi S.A.W.dan bertaubat pada malam Jumaat.Api yang bergemuruh itu tidak jauh rasanya dari Masjid Nabawi.Kejadian api menyala di kawasan padang pasir dan diselangi dengan gempa bumi itu adalah peringatan kepada umat Islam.

Nabi S.A.W.bersabda,"Kiamat tidak akan berlaku sehingga keluar api dari tanah Hijaz menerangi punuk-punuk unta di Basrah."

Apa yang pasti,api telah pun keluar dari tanah Hijaz,yang menandakan hampirnya Hari Kiamat!

Ajaibnya Hafalan Para Ulama Terdahulu

Ajaibnya Hafalan Para Ulama

Bila kita membuka lembaran kisah ajaib perjalanan hidup para ulama salaf terdahulu, akan kita dapatkan banyak sekali pelajaran dan hikmah yang sangat berharga dari kehidupan mereka. Perjuangan, pengorbanan, penderitaan, cita – cita,  harapan, dan doa, semuanya itu seakan mewarnai perjalanan hidup mereka yang sangat berharga bagi kita, bahkan bisa kita katakan " ajaib ", karena sangat jarang dan mungkin tidak kita temukan di zaman sekarang ini.

" Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal " ( Yusuf : 111 )

Diantara lembaran – lembaran ajaib kehidupan  mereka, kisah dalam menuntut ilmu adalah yang paling sarat akan hikmah dan pelajaran, terutama bagi para thullabul ilmi.

Dalam postingan kali ini, kami akan membawakan sedikit diantara kisah – kisah ajaib dan aneh mereka dalam menuntut ilmu, yang lebih kami khususkan dalam sebuah pembahasan " antara ulama dan hafalan ", bagaimana kuatnya, cepat, dan banyaknya hafalan para ulama salaf. Yang semoga dapat menambah semangat kita dalam menuntut ilmu dan menambah kebanggaan sebagai umat islam yang memiliki figur dan teladan seperti mereka.

Mengapa Engkau Tidak Menulis

Muhammad bin Abi Hatim berkata ( aku mendengar Hasyid bin Ismail dan seorang lagi berkata : dahulu ketika menuntut ilmu dari ulama Bashrah, Abu Abdillah Al Bukhari berbeda dengan kami, ia masih belia dan juga tidak menulis. Hingga kurun waktu yang lama ia dalam keadaan seperti itu. Maka kami berkata kepadanya " sesungguhnya engkau tidaklah seperti kami bahkan engkau juga tidak menulis lalu apa yang engkau lakukan ? ". suatu hari – enam belas hari kemudian – ia pun berkata " sungguh kalian telah banyak membicarakanku dan sangat memaksaku, tunjukkan padaku apa yang telah kalian tulis ". Maka kami menunjukkan apa yang kami miliki kepadanya, ia malah menambahkan lima belas ribu hadits, kemudian membaca semuanya hanya dengan hafalan, sehingga kami pun membetulkan tulisan – tulisan kami dari hafalannya. Setelah itu ia berkata " apakah kalian mengira aku menyelisihi kalian dan membuang – buang waktuku ? ", maka kami pun tahu bahwa tidak ada seorangpun yang melebihinya ) lihat Tadzkiratul Huffadz ( 1 / 281 ) dan Al Bidayah wa An Nihayah ( 14 / 14 )



Aku Hafal Apapun Yang Aku Dengar

Qatadah bin Da'amah As Sadusy berkata ( aku tidak pernah berkata kepada seorangpun dari rawi hadits : "ulangilah haditsmu ", dan tidaklah telingaku mendengarkan sesuatu kecuali telah menetap dalam hatiku ) lihat Tadzkiratul Huffadz ( 1 / 123 ) dan Siyar A'laam Nubalaa ( 5 / 276 )
Aku Menutup Telinga Takut Terhafal Olehku

Abu Zur'ah  Ar Rozy berkata ( tidaklah telingaku mendengarkan ilmu kecuali telah dihafal oleh hatiku, dan sungguh ketika aku berjalan di pasar Baghdad, lalu aku mendengar suara biduan – biduan wanita penyanyi dari bilik – bilik kamar, aku pun menutup telinga dengan jariku takut bila dihafal oleh hatiku ) lihat Tarikh Baghdad (10 / 333 )

Hal demikian juga dilakukan oleh Sufyan As Tsauri, beliau berkata ( tidak ada yang terdengar oleh telingaku kecuali aku hafal, sampai – sampai ucapan seorang pendusta aku menutup telinga takut terhafal olehku ) lihat Al Hastsu Ala Hifdzil Ilmi : 39

Begitu Kuat Hafalannya

Abu Dawud Al Khaffaf Berkata ( Ishaq bin Rawhawaih menuliskan kami sebelas ribu hadits dari hafalannya, kemudian ia menbaca semua tanpa ada lebih atau kurang sehurufpun ) lihat Al Hadaiq Ibnu Al Jauzi ( 1 / 25 )

Abdullah bin Thahir berkata kepada Ishaq bin Rahawaih ( aku diberitahu bahwa engkau hafal seratus ribu hadits ? "  ia berkata " aku tidak tahu apa itu ? akan tetapi tidaklah aku mendengar sesuatu kecuali aku hafal, dan tidaklah aku hafal sesuatu kemudian aku lupa ) Tarikh Baghdad ( 6 / 354 )

Seakan Aku Melihat Kitab

Ishaq bin Rahawaih berkata ( dahulu tidaklah aku menulis sesuatu kecuali telah aku hafal, dan sungguh sekarang aku seakan melihat tujuh puluh ribu hadits lebih di dalam kitabku ) Al Jami' Li Akhlaqir Rawi Wa Adabis Sami' ( 2 / 253 )

Suatu kali syaikh Abdul Aziz bin Baz meminta untuk dibawakan Kitabul Iman milik Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, maka tatkala telah dibawakan, beliau berkata " bukakan halaman sekian – beliau menentukan nomor halamannya – kemudian beliau berkata " tolong bacakan baris ke enam belas…….. tolong bacakan footnote " setelah itu beliau berkata " Kitab Al Iman terakhir kali aku baca empat puluh tahun yang lalu " lalu beliau menyebutkan siapa yang membacakan kepada beliau. Lihat Imam Ibnu Baz Durus Wa Mawaqif Wa Ibar : 27 – 28

Bapaknya Sangat Panik Tatkala Ia Sakit
Diriwayatkan bahwa Abu Bakr Al Anbary telah hafal seratus dua puluh ribu tafsir Al Qur'an beserta sanadnya. Suatu ketika ia sakit sehingga bapaknya sangat panik seraya berkata " bagaimana aku tidak panik mengkhawatirkan anak yang hafal bertumpuk – tumpuk peti kitab ) lihat Al Hastsu Ala Hifdzil Ilmi : 58

Hafal Ratusan Hadits Dalam Satu majlis

Husyaim bin Basyir pernah ditanya " berapa banyak hafalanmu wahai Abu Muawiyah ? ", ia mnejawab " dalam satu majlis aku bisa hafal 100 hadits, jika engkau tanyakan kepadaku sebulan kemudian pasti bisa aku jawab "  lihat  Al Kamil Ibnu Ady ( 1 / 95 )
Waki' juga berkata ( tidak ada seorangpun dari sahabat kami yang lebih hafal hadits darinya – yaitu Yahya bin Yaman – , dia bisa menghafal lima ratus hadits dalam satu kali majlis ) lihat Tahdzibul Kamal ( 32 / 58 ) dan Al kasyif ( 3 / 273 )
Bagai Hafal Qul Huwallahu Ahad

Abu Zur'ah Ar Razy berkata ( aku hafal dua ratus ribu hadits sebagaimana orang hafal qul huwallahu ahad, dan bila aku murajaah, hafalanku tiga ratus ribu hadits ) Al Hadaiq Ibnul Jauzi ( 1 / 26 )

Beliau hafal Satu Juta hadits

Abu Zur'ah Ar Rozy berkata ( Ahmad bin Hanbal hafal satu juta hadits ) Tadzkiratul Huffadz ( 1 / 318 )

Muhammad bin Ismail Al Bukhari ( Aku hafal seratus ribu hadits shahih, dan dua ratus ribu hadits tidak shahih ) Siyar A'laam Nubalaa ( 12 / 415 )

Thursday, December 17, 2015

Kisah Ajaib Nu'aiman yang berwatak lucu dan Aneh

 Nu'aiman yang berwatak lucu

Nu'aiman ibnu Amr Al-Anshary adalah penduduk Madinah dari keturunan kaum Anshar, dari Bani Najjar. Pada waktu perang Badar, dia turut berjihad bersama Rasulullah S.a.w. Di kalangan para sahabat, Nu'aiman terkenal sebagai sahabat yang suka bergurau. sehingga Rasulullah S.a.w sendiri bersabda : 

"Nu'aiman akan masuk syurga sambil tertawa, kerana dia suka membuat ku tertawa".

Pada suatu ketika Rasulullah S.a.w mengunjungi Nu'aiman yang sedang sakit mata. Rasul melihat dia sedang asyik makan kurma. Baginda kemudian mengajukan pertanyaan kepadanya : "Bolehkah kamu makan kurma, sedangkan matamu sedang sakit?" Nu'aiman menjawab : " Saya makan menggunakan mata yang satu lagi". Mendengar jawapan Nu'aiman ini, Rasul tertawa sehingga kelihatan gigi gerahamnya.10

Nu'aiman memang selalu bergurau, sehingga membuat Rasulullah tertawa dan gembira. Antara kisah-kisah gurauannya adalah :

Pada suatu hari, Nu'aiman memberi madu kepada Rasulullah S.a.w sebagai hadiah. Madu itu dia beli daripada orang kampung. Ketika dia memberikan madu itu kepada Rasulullah, dia membawa bersamanya penjual madu tersebut. Tanpa pengetahuan Rasulullah, Nu'aiman menyuruh penjual tersebut meminta wang daripada Rasulullah sebagai ganti harga madu itu. Dan ketika Rasulullah S.a.w sedang membahagikan madu itu kepada para sahabat yang hadir di rumahnya, penjual tersebut berteriak : "Bayarlah harga maduku itu?" Kemudian Rasulullah berkata : "Ini pasti idea Nu'aiman". Kemudian Rasulullah memanggilnya dan bertanya : "Mengapa kamu lakukan hal ini?" Nu'aiman menjawab : "Saya ingin mendapatkan kebaikanmu wahai Rasulullah S.a.w. Saya tidak mempunyai apa-apa". Rasulullah pun tersenyum dan akhirnya dia memberi wang kepada penjual tersebut. 11

Ada seorang lelaki datang dari kampung terus ingin menghadap Rasulullah S.a.w (kemudian masuk ke dalam masjid). Dia meninggalkan unta haiwan tunggangnya di halaman. Ada sebahagian sahabat yang berkata kepada Nu'aiman : "Sembelihlah haiwan itu kemudian kita makan dagingnya bersama-sama. Kami ingin sangat makan daging ketika ini. Nanti wang ganti ruginya biar Rasulullah yang membayarnya." Nu'aiman menyetujui permintaan sahabat itu dan akhirnya dia menyembelih haiwan tersebut. Ketika orang kampung itu keluar dari masjid, dia terkejut dan menjerit kerana haiwan tunggangannya mati. Rasulullah pun keluar rumah dan bertanya : "Siapa yang melakukan hal ini?

Para sahabat menjawab : " Nu'aiman, wahai Rasul". Kemudian Rasulullah mencari Nu'aiman dan menjumpainya sedang bersembunyi di balik daun kurma di dalam parit tidak jauh dari rumah Duba'ah bin al-Zubair bin 'Abd al-Muttalib. Rasulullah dapat menemui kerana ada seorang yang memberitahu tempat persembunyian Nu'aiman. Kemudian Rasulullah menyuruhnya keluar, dan melihat wajah Nu'aiman penuh dengan debu. Rasulullah bertanya kepadanya : " Mengapa kamu melakukan hal ini?" Nu'aiman menjawab : "Orang-orang yang menunjukkan tempat aku bersembunyilah yang menyuruhku melakukan hal ini wahai Rasulullah". Setelah mendengar jawapan itu, Rasulullah membuang debu yang ada di wajah Nu'aiman dengan senyuman, kemudian Baginda mengganti harga unta yang telah disembelih itu.

Selalunya Nu'aiman yang memperkenakan orang lain, tetapi ada satu kisah dimana Nu'aiman telah diperkenakan oleh sahabatnya sendiri iaitu Suwaibit.

Suwaibit dan Nu’aiman adalah dua orang sahabat Baginda s.a.w yang kerap membuatkan Baginda s.a.w tertawa dengan kelakuan mereka yang melucukan dan menggembirakan hati.

Kedua-dua sahabat ini di antara tentera Perang Badar dan peristiwa lucu ini berlaku setahun sebelum kewafatan Baginda s.a.w.

Satu ketika kedua-dua sahabat ini pergi mengikuti Saidina Abu Bakar as Siddiq r.a berniaga di Busra. Ketika itu, Nu’aiman membawa bekalan makanan. Lalu Suwaibit menyuruh Nu’aiman memberikan bekalan tersebut kepadanya untuk dimakan.

Nu’aiman memberitahunya bahawa dia akan mengeluarkan bekalan tersebut apabila Saidina Abu Bakar sampai kepada mereka.  (Suwaibit seakan tidak puas hati dengan tindakan Nu'aiman itu)

Ketika itu, ada sekumpulan manusia datang berhampiran mereka. Suwaibit mengambil kesempatan dengan bertanya kepada mereka, “adakah kamu hendak membeli hamba (Nu’aiman) daripadaku?”

Lalu kumpulan tersebut bersetuju untuk membeli hamba daripada Suwaibit, dan dia telah berpesan bahawa hambanya akan berkata “saya merdeka”. Oleh itu, apabila dia berkata demikian, jangan peduli dan biarkan dia.

Lalu mereka membeli hamba (konon) Suwaibit itu dengan seekor unta muda. Suwaibit pun mengalungkan tali unta tersebut ke leher Nu’aiman (hamba). Lalu mereka pergi dengan membawa Nu’aiman dengan tali unta tersebut.

Nu’aiman segera berkata kepada mereka, "aku adalah seorang merdeka, dan bukannya hamba." Dan ini hanyalah gurau senda Suwaibit semata-mata. Lalu mereka melepaskan Nu’aiman kerana hamba tersebut telah berkata “aku merdeka”. Setelah itu, dia segera menemui Suwaibit dan menceritakan hal tersebut kepada Saidina Abu Bakar.

Lalu Saidina Abu Bakar menyuruh Suwaibit mengembalikan semula unta muda tersebut kepada sekumpulan manusia tersebut. Apabila cerita ini disampaikan kepada Nabi s.a.w, baginda tertawa kerana kelucuannya.  Dan kisah ini menyebabkan Rasulullah S.a.w dan para sahabat tersenyum apabila diungkitkan tentang kisah ini selama setahun.  [Kisah ini disebut dalam Sunan Ibnu Majjah : 3219, dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]


Ada pula kisah Nu'aiman pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Seorang buta iaitu Makhrumah bin Naufal yang berusia 115 tahun, dia berdiri di masjid untuk kencing. Para sahabat berteriak, "masjid, masjid!"  Maka Nu'aiman memimpin tangannya membawa ke satu bahagian lain masjid. Setelah itu Nu'aiman berkata kepadanya, "kencinglah di sini."

Maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata,  "Celaka kamu!" Siapakah yang membawaku ke tempat ini?  Mereka menjawab, "Nu'aiman!"

Makhrumah berkata, "Sungguh jika aku beruntung, aku akan pukulnya dengan tongkatku!"  Nu'aiman datang semula kepada Makhrumah selang beberapa hari kemudian. Kali ini Nu'aiman membuat suara lain, agar Makhrumah tidak cam bahawa itu adalah Nu'aiman.

Nu'aiman bertanya kepada Makhrumah, "Apakah kamu inginkan Nu'aiman?"   Makhrumah mengiyakannya, lantas Nu'aiman membawa orang buta tersebut kepada Saidina Utsman yang sedang solat dalam masjid. Nu'aiman berkata, "Di depan mu itu adalah Nu'aiman."  Makhrumah pun terus memukul orang yang disangkanya Nu'aiman, tetapi rupa-rupanya adalah Khalifah Utsman bin Affan.

Sahabat-sahabat berteriak, "Kamu telah memukul Amirul Mukminin!"  Bayangkan kenakalan Nu'aiman, sehinggakan khalifah (pemerintah) pun dia boleh pekenakan.  Akan tetapi orang tidak marah dengan Nu'aiman, kerana masing-masing sudah tahu tentang kelucuannya.

Ibnu Sirin pernah ditanya tentang kebiasaan para sahabat, “Apakah mereka itu juga bergurau? Beliau menjawab, “Mereka tidak lain adalah manusia biasa seperti umumnya manusia, seperti Ibnu Umar, beliau sering bergurau dan bersenandung dengan syair.” (HR. Abu Nu'aim di dalam Al Hilyah: 2/275).

Sebahagian sahabat ada yang bersenda gurau dan Rasulullah S.a.w. pun membiarkan dan menyetujuinya. Hal-hal seperti ini terus berlaku setelah Rasul s.a.w wafat. Semua itu diterima oleh para sahabat, tidak ada yang mengingkari.  Ini membuktikan bahawa Nabi Muhammad s.a.w tidak pernah melarang umatnya untuk bergurau-senda, selama mana gurau itu tidak melampaui batas dan melanggar syariat.

2 Ihya' Ulum al-Din (2/325)
3 Kanz al-'Ummul (4/27)
5 Nihayah al-Irb, (4/1).
6 Ibid, (4/2)
10 Al-'Aqd al-Farid, (6/381)
11 Al-Isti'ab, (Hal. 1529)
12 Ibid, (hal 1528) dan al-Sirah al-Halabiyyah, (2/375)
16 Ibid, (2/337)

BATU ANEH DI ZAMAN NABI MUSA


Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu Bani Isra’il biasa mandi dalam keadaan telanjang sehingga mereka pun bisa melihat aurat temannya satu sama lain. Adapun Musa ‘alaihis salam mandi dalam keadaan sendiri. Maka mereka pun berkomentar, ‘Demi Allah, tidak ada yang mencegah Musa untuk mandi bersama-sama dengan kita melainkan pasti karena kemaluannya bengkak (mengidap kelainan).’” Nabi menceritakan, “Maka suatu saat Musa berangkat untuk mandi, lalu dia letakkan pakaiannya di atas sebongkah batu. Tiba-tiba (secara ajaib) batu itu berlari membawa pergi bajunya.” Nabi berkata, “Maka Musa pun mengejar larinya batu itu seraya berteriak, ‘Hai batu, kembalikan pakaianku! Hai batu, kembalikan pakaianku!’. Sampai akhirnya Bani Isra’il bisa melihat aurat Musa kemudian mereka berkomentar, ‘Demi Allah, ternyata tidak ada -kelainan- apa-apa pada diri Musa’. Maka berhentilah batu itu sampai orang-orang memandanginya.” Nabi berkata, “Kemudian Musa pun mengambil pakaiannya dan mendaratkan pukulan -tongkat-nya kepada batu tersebut.” Abu Hurairah berkata, “Demi Allah, di atas batu itu terdapat enam atau tujuh bekas pukulan -tongkat- Musa.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [3/146])

Friday, April 24, 2015

Istri Bongkok Menuntun Suami Yang Buta Selama 30 Tahun

Pemandangan istri bongkok menuntun suaminya yang buta sepanjang jalan dan sepanjang hari menjadi sebuah ‘gertakan halus’ di hati banyak manusia masa kini. Di tengah hiruk pikuk cinta, hidup dan perceraian, dua insan tersebut melangkah pelan tapi pasti dalam keterbatasan yang mereka miliki.

Seringkali pasangan masa kini berpisah atas nama perbedaan prinsip. Sementara apa yang akan Anda lihat ini hanyalah sebuah cinta sederhana yang berkomitmen untuk bersama selamanya.

Dimulai Dari Cinta

Kalau bicara tentang kesulitan yang dialami di masa pernikahan, pasangan ini juga mengalaminya. Sejak menikah 55 tahun lalu, pasangan asal Guangxi, China, ini berjanji tak akan meninggalkan satu sama lain. Bahkan Huang Funeng, tadinya adalah pria yang bisa melihat dan sehat.
Huang Funeng
Namun Yang Maha Memiliki membalik keadaan mereka dengan sekejap, dari yang sehat jadi sakit. Tahun 1985, Huang Funeng mulai mengalami penyakit mata yang serius dan membuatnya perlahan-lahan mengalami kebutaan. Kehidupan mulai berubah menjadi sulit, tapi istrinya tidak…

Ujian Yang Menguatkan

Huang Funeng mulai mengalami kebutaan. Tapi, sang istri tidak berhenti menyayanginya. Ia menjadi mata bagi suaminya itu, meski dirinya sendiri mengalami masalah osteoporosis yang membuat tulang punggungnya bongkok.

Hidup harus terus berjalan, sehingga sang istri tidak melangkah sendiri meninggalkan suami yang terpuruk dalam kegelapan. Setiap hari untuk bisa bertahan hidup, keduanya beternak ayam dan bebek. Keduanya diuji dengan keterbatasan masing-masing, tapi malah menguatkan satu sama lain.
Huang Funeng
Istri Huang Funeng membawa sebilah tongkat agar suaminya bisa mengikuti ke mana kakinya melangkah. Dengan demikian sang suami tidak akan tersesat. Meski dengan punggung bongkok dan kondisi makin renta, wanita itu tetap menuntun suaminya di depan.  Ujian ini bukan alasan untuk memikirkan diri sendiri dan menyerah pada keadaan.

Cinta Itu Masih Ada
Banyak netizen yang salut dan bersimpati dengan kedua suami istri ini. 55 tahun dan dihantam ketidakmampuanpun, mereka masih tidak terpisahkan. Sementara saat ini di China, dan berbagai belahan dunia manapun, cinta dan pernikahan seperti mainan. Kalau sudah bosan atau tidak berharga, akan dibuang dan ditinggalkan begitu saja.
Huang Funeng
Huang Funeng dan istrinya hanya memiliki satu sama lain, tanpa anak dan tanpa kerabat. Mereka dipertemukan Tuhan untuk saling menemani dan menyadari bahwa keduanya harus menjaga hubungan yang bagaikan anugerah itu.
Huang Funeng
Andai itu bukan Huang Funeng, mungkin lain ceritanya. Andaipun bukan istri Huang Funeng, mungkin pria itu akan ditinggalkan. Siapa yang tahu? Tuhan sudah menyiapkan orang yang tepat, tinggal kita mau menjaganya atau tidak.

Banyak pasangan modern merasa cinta sejati sudah lama mati dan cinta masa kini sangat dekat dengan kepalsuan. Semoga kita masih diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan sederhana seperti pasangan ini. Sesederhana air putih yang murni dan bermanfaat. Percayakah Anda masih ada cinta sejati di dunia ini?

Wednesday, April 22, 2015

TIDAK JADI MENCURI TERONG , DAPAT GANTI SEORANG ISTRI


Di Damaskus, ada sebuah masjid besar, namanya Masjid Jami’ At-Taubah. Masjid itu penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya, namanya Syaikh Salim Al-Masuthi. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak punya makanan ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya dalam kondisi semacam ini.

Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada di sampingnya. Hal ini memungkinkan seseorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan di atas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah ke rumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.

Rumah-rumah di masa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah ada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada di situ. Di lihatnya sebuah terong besar dan telah dimasak. Lalu dia mengambilnya, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada di tangannya dan saat dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berakta, A’udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di masjid, pantaskah aku masuk ke rumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?’ Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar, lalu dia menyesal dan beristighfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada di tangannya. Akhirnya dia pulang kembali ke tempatnya semula. Lalu dia masuk ke dalam masjid dan duduk mendengarkan syaikh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar dia hampir tidak bisa memahami apa yang dia dengar.

Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syaikh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggillah ia dan syaikh itu bertanya, ‘Apakah kamu sudah menikah?’, dijawab, ‘Belum,’. Syaikh itu bertanya lagi, ‘Apakah kau ingin menikah?’. Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, ‘Ya Syaikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?’. Syaikh itu menjawab, ‘Wanita ini datang membawa kabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini, bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin’, kata syaikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokan. Syaikh itu melanjutkan pembicaraannya, ‘Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya?’. Pemuda itu menjawab, ‘Ya’. Kemudian syaikh bertanya kepada wanita itu, ‘Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?’, ia menjawab, ‘Ya’. Maka syaikh itu memanggil pamannya dan mendatangkan dua saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syaikh itu berkata, ‘Peganglah tangan isterimu!’ Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya ke rumahnya. Setelah keduanya masuk ke dalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa ternyata rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.

Sang isteri bertanya, ‘Kau ingin makan?’, ‘Ya’ jawabnya. Lalu dia membuka tutup panci di dapurnya. Saat melihat buah terong di dalamnya dia berkata: ‘Heran, siapa yang masuk ke rumah dan menggigit terong ini?!’. Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, ‘Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan kepadamu rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu’ (Diceritakan oleh Syaikh Ali At-Thanthawi.).

'Sangat Singkat dan Jelas' ,Surat Resign Ini Bikin Heboh


Pastinya Anda mengelak ketika ditanyai akan kemana saat mengajukan resign dari tempat kerja. Tak sedikit yang berbohong saat menjawab dengan alasan tidak enak dengan kantor lama.

Namun basa basi tidak ada dalam catatan hidup wanita ini, dia mengajukan resign dengan alasan yang singkat dan jelas. Dilansir dari straitstimes.com, wanita bernama Gu Shaoqiang memutuskan untuk berhenti kerja sebagai guru di Henan Experimental High School karena merasa sudah saatnya untuk berhenti dari tempat bekerja dan mengejar impiannya.

Bukan surat penguduran diri yang panjang dan bertele-tele, namun sebuah surat pendek berisi 10 karakter alfabet China. Isi surat tersebut adalah, 'dunia ini luas dan saya ingin menjelajahi dan menikmatinya'. Tak ada keterangan lain yang menjelaskan akan kemana dan pindah ke mana dia selanjutnya.

Oleh rekan Gu, surat ini pun diunggah ke jejaring sosial tanpa sepengetahuannya dan membuat kehebohan dengan kejujuran dan keterusterangan Gu dalam mengajukan surat pengunduran diri. Saat ditanya mengenai urat resignnya ini, Gu enggan untuk membicarakan lebih lanjut hanya mengatakan bahwa dia ingin hidup sederhana sambil berharap tak ada yang menanyakannya lagi.

Pihak sekolah pun mengabulkan permintaan Gu, walau para muridnya berat dengan keputusannya. Gu dinilai sebagai guru yang baik dengan cara mengajar yang mudah dipahami, namun pilihan hidup ada di tangan Gu dimana dia mengejar kebahagiaannya.

Tuesday, April 21, 2015

Kisah Singa yang Mendengarkan Lantunan Quran Ahmad bin Thulun

Kisah Singa

Ahmad bin Thulun adalah salah seorang pemimpin Mesir Zaman dahulu dan juga merupakan seorang Ulama yang memiliki kedudukan yang mulia. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Ahmad bin Banan. Beliau rahimahullah pernah mendekam di penjara.

Penyebab dia dijebloskan ke penjara adalah karena dia dahulu pernah menemui salah seorang pejabat, lalu beliau mendakwahinya. Pejabat tersebut pun marah kepada beliau seperti orang yang pura – pura tidak mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam : “Ada dua orang yang apabila dua orang ini baik, maka menjadi baiklah umat dan apabila buruk, maka akan menjadi buruklah umat tersebut yakni para ulama dan umara.”

Pejabat itu marah dan hilanglah kesabaran nya lalu dia memerintahkan kepada para tentaranya : “Seretlah orang ini dan sodorkanlah dia kepada singa yang lapar. Kemudian kuncilah dia bersama singa tersebut dan biarkanlah dia hingga tubuhnya habis dimakan singa.”

Ulama tersebut yakni Ahmad Thulun dimasukkan ke dalam penjara dengan Singa yang sedang kelaparan. Keesokan harinya, para penjaga penjara menemukan ulama tersebut sedang duduk dengan tenang dan nyaman sambil berdzikir mengingat Allah Ta’ala dan membaca ayat – ayat Al-Quran yang penuh berkah.

Mereka mendapati singa yang kemarin kelaparan tersebut sedang menundukkan kepalanya dengan tenang dan penuh kekhusyukan, menyimak ayat – ayat al-Quran (yang dibacakan).

Bagaimana bisa demikian? Ketahuilah karena sesungguhnya al-Quran itu adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala : Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” [al-Quran surat az-Zumar ayat 23]

Kemudian bagaimana tidak? Yang telah menurunkan al-Quran itu adalah Allah Ta’ala yang telah berfirman : “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” [al-Quran surat al-Hasyr ayat 21]

['Ajaib al-Qishash hal 82. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 156-158. Hamdan Hamud Al-Hajiri]

Subhanallah… Jika Singa yang buas yang sedang kelaparan saja khusyu’ mendengarkan al-Quran, lalu bagaimana dengan kita? Kita bisa membaca al-Quran, alhamdulillah. Tapi sudah kah kita khusyu’ dan mengambil pelajaran dari al-Quran?

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [al-Qamar ayat 17, 22, 32, 40]

Sumber: Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny

Sunday, April 19, 2015

KISAH AJAIB NABI MUHAMMAD MEMBELAH BULAN

NABI MUHAMMAD MEMBELAH BULAN

Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al ‘Ash bin Qail.

Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka, “Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua.”

Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?”

Mereka menjawab, “Ya.” Lalu Rasulullah (saw) berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.”

Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah

menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali…”

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar).

Atas peristiwa ini Allah SWT menurunkan ayat Al Qur’an: “Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap… (QS. Al Qomar 54:1-2)

Wednesday, April 15, 2015

Zaman Ajaib Ketika Serigala dan Kambing Berteman

Ketika Serigala dan Kambing Berteman

Malik bin Dinar berkata:
"Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata: 'Siapakah khalifah yang saleh yang sedang memerintah manusia sekarang ini ?'
Lalu orang-orang yang berasal dari kota bertanya kepada mereka: 'Mengapa kalian mengetahui semua itu?'
Para penggembala menjawab: 'Sesungguhnya pemerintahan apabila dipegang oleh seorang khalifah yang saleh, serigala dan singa tidak akan mengganggu kambing-kambing kami !' "

Hasan al-Qashar berkata:
"Aku bekerja sebagai pemerah susu kambing pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Pada suatu ketika, aku melewati seorang penggembala, sedangkan di tengah-tengah gerombolan kambingnya ada tiga puluh serigala. Padahal sebelumnya aku fikir gerombolan anjing kerana aku belum pernah melihat serigala.
Aku bertanya: 'Wahai penggembala, untuk apa anjing sebanyak ini ?'
Dia menjawab: 'Wahai anak muda, ini bukan anjing belaan, ianya serigala'.
Aku berkata: 'Subhanallah, apakah serigala tidak membahayakan kambing-kambingmu ?'
Dia menjawab: 'Wahai anak muda, apabila kepala sudah sehat maka badan tidak akan rosak'.
Pada masa itu adalah masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz ".

Musa bin Ayyan berkata:
"Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz , kami menggembalakan kambing bersama serigala pada suatu tempat, demi Allah. Pada suatu malam, serigala menyerang memangsa seekor kambing kami.
Aku berkata: 'Dengan adanya peristiwa ini kami rasa laki-laki saleh tersebut telah wafat.'
Hamad berkata: 'Orang ini dan lainnya juga mengatakan kepadaku bahwa mereka hanya mengagak, tetapi besoknya ternyata benar bahwa dia (Khalifah Umar bin Abdul Aziz ) telah wafat malam itu.' "

Pengajaran:
Betapa agungnya nilai kesalehan seorang pemimpin. Bumi memancarkan keberkahannya sehingga binatang buas yang bermukim dalam wilayah kepemimpinannya merasakan hawa kharismanya. Mereka enggan mencemarkan kewibaan pemimpin Islam yang adil itu dengan memangsa haiwan yang Allah telah takdirkan menjadi makanannya.

Maka teranglah bagi kita,... sebagaimana rakyat yang dipimpin menjadi marah dan 'tidak bersahabat' dengan para pemimpin berbuat zalim kepada mereka ... maka demikian pula bumi dan sekalian makhluk yang didalamnya pun merasa 'dicekam' terhadap sikap pemimpin yang zalim.
Tengoklah saat ini dan zaman kebelakangan ini, petaka dan bencana yang terjadi 'boleh jadi' kerana alam ikut marah atas perlakuan tak adil dari para pemimpin.