Showing posts with label TOKOH DUNIA. Show all posts
Showing posts with label TOKOH DUNIA. Show all posts

Wednesday, April 6, 2016

KISAH CINTA TAK SAMPAI KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ RAHIMAHULLAH


Satu fragmen yang menggambarkan tingkat tajarrud Umar bin Abdul Aziz yang luar biasa adalah kisah “cintai tak sampai”-nya beliau.

Dikisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah jatuh cinta dengan sangat berat dan mendalam terhadap budak perempuan milik istrinya, Fathimah binti Abdul Malik.

Perempuan itu memang hanyalah seorang amah, seorang budak perempuan, namun, ia sangat cantik jelita, mengalahkan banyak wanita merdeka di zamannya, dan budak itu milik Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, istri Umar bin Abdul Aziz.

Sebelum Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, berkali-kali ia meminta kepada Fathimah, istrinya, agar sang istri menghibahkan budak perempuan itu kepadanya, atau menjualnya kepadanya.

Namun, karena budak itu sangat cantik jelita, dan sang istri mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya, sang istri tidak mau memenuhi permintaan sang suami. Wajar lah, wanita mempunyai rasa cemburu, dan ia takut “kalah bersaing” dengan sang budak itu.

Sang amah atau budak perempuan itu pun mengetahui betapa berat dan mendalam “rasa cinta” Umar bin Abdul Aziz kepadanya.

Sampai akhirnya, tibalah masa di mana tanggung jawab kehilafahan jatuh pada Umar bin Abdul Aziz.
Perlu diketahui bahwa dulunya gaya hidup Umar bin Abdul Aziz adalah gaya hidup istana, penuh dengan kemewahan dan bergelimang dalam harta dan fasilitas.

Maklum lah, ia adalah putra Abdul Aziz, dan Abdul Aziz adalah putra Marwan bin al-Hakam. Pamannya dan sekaligus mertuanya adalah Abdul Malik bin Marwan, salah seorang khalifah Bani Umayyah yang sangat terkenal.

Bahkan life style Umar bin Abdul Aziz yang sangat berbeda dari sisi kehebatan penampilannya itu, sampai-sampai muncul istilah: Cara berpakaian Umar, parfum Umar, gaya berjalan Umar, dan sebagainya.
Bahkan, banyak anak gadis menjadikan Umar bin Abdul Aziz sebagai model dalam life style mereka.
Dulunya, Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemuda yang bercita-cita “unik”.

Sewaktu masih lajang, cita-citanya adalah menikahi Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, putri cantik jelita anak khalifah yang sangat terkenal itu. Maka ia persiapkan dirinya sedemikian rupa, baik materi maupun inmateri, agar dapat memenangkan “kompetisi” dalam “memperebutkan” Fathimah bin Abdul Malik. Dan akhirnya, berhasil lah ia menikahi Fathimah binti Abdul Malik.

Lalu, ia pun bercita-cita ingin menjadi gubernur Madinah, satu jabatan kegubernuran yang paling bergengsi pada zaman itu, dan posisi yang paling banyak diminati oleh keluarga besar Bani Umayyah. Maka ia pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya, baik dari sisi kapasitas moral, ilmiah, dan sebagainya, agar pilihan sang khalifah jatuh kepadanya untuk menjadi gubernur Madinah. Dan akhirnya, cita-cita ini pun berhasil ia raih.
Sukses menjadi gubernur Madinah, ia pun bercita-cita ingin menjadi khalifah. Maka ia persiapkan diri sebaik-baiknya, agar saat cita-cita itu tercapai, ia menjadi seorang khalifah yang sukses, dunia dan akhirat. Dan akhirnya, ia pun menjadi seorang khalifah.

Karena sudah tidak ada lagi cita-cita duniawi yang lebih tinggi dari khalifah, maka, setelah ia menjadi khalifah, ia bercita-cita ingin masuk syurga Allah SWT.

Maka dipilihkan gaya hidup baru sebagai cara dan jalan untuk menggapai cita-citanya yang terakhir ini, disamping dengan cara menjadi khalifah yang seadil-adilnya.

Dan gaya hidup baru itu adalah gaya hidup zuhud. Maka seluruh harta yang ia miliki ia jual, dan hasilnya diserahkan ke baitul mal, sementara itu, sebagai seorang khalifah, ia hanya mengambil gaji dua dirham perhari, atau 60 dirham perbulan.

Sehingga, setelah ia menjadi khalifah, ia hidup sebagai seorang yang sangat miskin, dan fisiknya pun tidak lagi parlente, megah dan mewah seperti dahulu.

Kembali kepada kisah cintanya..
Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi miskin, dan hari demi hari disibukkan oleh upayanya menjadi seorang khalifah yang adil, istrinya, Fathimah bin Abdul Malik, merasa iba dan kasihan kepadanya. Maka dihibahkanlah budaknya yang cantik jelita itu kepada Umar bin Abdul Aziz.

Di luar dugaan sang istri dan budaknya sekaligus, ternyata Umar bin Abdul Aziz menolak hibah tersebut.
Sebenarnya, kalau saja sang istri dan sang budak itu mengetahui hal yang sebenarnya, keduanya tidak perlu terkejut, sebab, momentum penghibahan itu terjadi setelah Umar bin Abdul Aziz bercita-cita ingin masuk syurga. Sementara Umar bin Abdul Aziz tahu betul bahwa syurga itu diperuntukkan bagi seseorang yang memenuhi kriteria tertentu, yang diantaranya adalah firman Allah SWT:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤٠) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤١)
dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An-Nazi’at: 40 – 41).

Bahkan Umar bin Abdul Aziz bertindak lebih jauh dari sekedar menolak hibah istrinya itu, meskipun hibah itu sendiri adalah budak perempuan yang sangat cantik jelita dan yang “dicinta”-nya secara berat dan mendalam.

Umar meminta kepada Fathimah untuk menjelaskan asal muasal budak perempuan itu, yang kemudian diketahui bahwa ia pada asalnya adalah tawanan perang yang kemudian menjadi budak. Dan pada saat para tawanan itu dibagi-bagikan kepada para prajurit, ia terjatuh menjadi bagian dari seorang prajurit.
Tetapi, dengan alasan menghilangkan kecemburuan prajurit lainnya, budak perempuan itu akhirnya diambil oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan, yang lalu dihibahkan kepada putrinya, Fathimah.
Mendengar penjelasan itu, maka Umar bin Abdul Aziz meminta agar prajurit itu dipanggil untuk menerima kembali jatah dan bagiannya yang selama ini tertunda.

Prajurit itu pun datang, maka oleh Umar bin Abdul Aziz, diserahkanlah budak perempuan yang cantik jelita itu kepadanya.

Sang prajurit pun berkata: Wahai amirul mukminin, budak perempuan itu adalah milik anda, maka terimalah. Namun Umar tetap menolak.

Prajurit itu pun berkata: “kalo begitu, belilah ia dariku, dan aku dengan senang hati akan menerima akad jual beli ini”.

Tawaran ini pun ditolak oleh Umar. Dan ia pun bersikeras agar sang prajurit itu membawa pergi budak perempuan tersebut.

Budak perempuan itu pun menangis dan berkata: “kalau begini jadinya, mana bukti cintamu selama ini wahai amirul mukminin??”.

Umar menjawab: Cinta itu tetap ada di dalam hatikum, bahkan jauh lebih kuat daripada yang dahulu-dahulu, akan tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk dalam golongan orang yang “menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu” sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Q.S. An-Nazi’at: 40 – 41.

Semoga Allah SWT senantiasa merahmatimu wahai Umar bin Abdul Aziz

Keajaiban Sosial dizaman Umar bin Abdul Aziz


Khalifah Umar bin Abdul Aziz menaruh perhatian yang sangat besar dalam hal menyebarkan kebaikan-kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Kebaikan dalam bentuk apapun, termasuk selera rakyat. Ia memanfaatkan madrasah-madrasah, majelis-mejelis ilmu dan sarana pendidikan ummat lainnya untuk menyebarkannya.

Keajaiban sosial pun terjadi. Revolusi yang diusung Khalifah Umar bin Abdul Aziz ternyata mampu mewarnai selera, karakter, kepribadian, kebisaan dan hobi masyarakat dalam tempo waktu yang sangat singkat. Dua puluh sembilan bulan saja.

Ibnu Jarir ath-Thobari menceritakan perjalanan selera dan kakater sosial dengan sangat manis dalam buku tarikhnya. Ujarnya, "Walid adalah pemimpin yang terkenal dengan pembangunanpembangunannya. Karena itulah masyarakat pada saat itu, jika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling menanyakan tentang rumah dan bangunan masing-masing. Kemudian tampillah Sulaiman. Ia adalah pemimpin yang terkenal dengan menikah dan makan. Karena itulah masyarakat pada saat itu, jika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling menanyakan tentang istri dan budak-budak yang dimiliki oleh masing-masing. Ketika Umar bin Abdul Aziz memimpin, berubahlah semuanya. Masyarakat pada saat itu, ketika mereka saling bertemu, maka mereka akan saling bertanya tentang, bagaimana kamu melewati malam-malammu? Berapa banyak ayat al-Qur'an yang sudah kamu hafal? Kapan kamu selesai menghafal semuanya? Kapan kamu biasa mengkhatamkan al-Qur'an? Puasa sunnah apa saja yang telah kamu kerjakan di bulan ini?"

Mengubah selera pembicaraan masyarakat itu tidak mudah, apalagi kebiasaan mereka. Namun dengan semangat dan keteladanan, Umar bin Abdul Aziz mampu melakukannya. Semula masyarakat gemar berbicara tentang kemegahan dunia. Namun setelah Umar bin Abdul Aziz memimpin, tema pembicaraan mereka berubah. Masalah-masalah agama, ibadah dan kampung akhirat. Tentu ini adalah revolusi sosial yang menakjubkan.

Monday, April 4, 2016

Umar bin Abdul Aziz, mukjizat yang dimiliki oleh Islam

Umar bin Abdul Aziz, mukjizat yang dimiliki oleh Islam

Kita semua tentu mengenal Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Minimal pernah mendengar sepenggal kisah hidupnya, atau mungkin namanya saja. Sudah terlalu harum namanya untuk dikenang. Sudah terlalu besar namanya untuk disebut. Begitu kira-kira ungkapan sederhana untuk menggambarkan kemasyhurannya.

Ada satu hal penting yang menurut saya sangat mengakrabkan kita dengan sosok Umar bin Abdul Aziz. Yaitu, dirinya merupakan sosok yang nyata dalam realita kehidupan. Memang sejarah hidupnya sangat melangit, kepribadiannya seakan mendekati kesempurnaan dan karakter kepemimpinannya yang terkesan ajaib. Tapi begitulah memang adanya. Tidak ada yang dilebihlebihkan tentang kehebatannya. Karena sejarah telah bercerita apa adanya tentang itu semua.

Jadi, kehebatan yang dimiliki oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini berbeda jauh dengan kehebatan para tokoh dalam film-film maupun dalam cerita-cerita novel. Karena sehebat apapun tokoh dalam film maupun novel tersebut, tetap saja mereka hanyalah tokoh fiktif yang sengaja dirancang sedemikian rupa oleh penulisnya. Lain halnya dengan sejarah hidup Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tidak ada rekayasa. Semuanya terjadi dan terbentuk karena proses yang manusiawi dan bisa dilakukan oleh siapapun yang mau mengikuti jejaknya.

Dengan ungkapan lain, sekalipun sejarah hidup Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu melangit, namun beliau tetap merupakan sosok yang membumi, yang pernah hidup di tengah-tengah ummat manusia, kemudian menjadi khalifah, berbuat adil pada rakyatnya, hingga akhirnya mampu menjadi orang hebat di masanya, bahkan di masa-masa setelahnya.

Dari Penjual Susu sampai ke Umar bin Abdul Aziz
 
Masih ingatkah Anda, kisah seorang wanita penjual susu pada masa Khalifah Umar bin Khattab? Kisah yang telah mengalirkan berbagai inspirasi kepada ummat Islam. Kisah yang sangat sarat dengan warna keimanan dan semangat ketakwaan.

Malam hari...
Kota Madinah terlihat sepi dari lalu lalang orang. Hawa musim dingin yang menyayat pori-pori kulit membuat setiap orang enggan untuk keluar rumah. Apalagi sudah lewat tengah malam. Tapi tidak begitu halnya dengan khalifah yang pertama kali diberi gelar 'Amirul Mukminin' ini. Amanah ummat yang dibebankan diatas
pundaknya justru membuat kedua matanya enggan untuk sekedar terpejam di malam hari. Rakyatku... Rakyatku! Iapun bangkit dan beranjak keluar menyusuri setiap lorong-lorong Madinah, untuk melihat kondisi rakyatnya. Begitulah kebiasaan unik Khalifah Umar bin Khattab dalam menghabiskan sebagian waktu malamnya.


Lama ia berjalan ditemani seorang pembantunya. Rasa lelah mulai menggelayuti tubuhnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia bersandar melepas lelah di sebuah dinding rumah sederhana di sebuah perkampungan di Madinah. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan percakapan antara seorang ibu dengan puterinya, pemilik rumah tersebut.

"Campurkan air pada susu yang mau kita jual, nak!" kata ibu kepada puterinya.
"Bagaimana mungkin aku mencampurnya dengan air, bu! Bukankah Amirul Mukminin telah melarang para penjual susu untuk melakukan itu???"
"Penjual-penjual susu yang lain juga mencampur susu mereka dengan air. Sudahlah, nak, campur saja! Amirul Mukminin pasti tidak tahu apa yang kita lakukan!"
"Bu, jika Amirul Mukminin tidak mengetahuinya, maka Tuhan Amirul Mukminin tentu mengetahuinya..."
Umar bin Khattab tak kuasa menahan air matanya ketika mendengar ungkapan sang anak kepada ibunya. Ungkapan yang sederhana, tapi keluar dari jiwa yang bertakwa, sehingga mengundang air mata orang yang mendengarnya. Air mata takwa, dari jiwa yang takwa, ketika mendengar ungkapan ketakwaan.

Umar bin Khattab gembira mendengar kata-kata itu. Ia bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat subuh, kemudian pulang ke rumah dan memanggil salah satu puteranya, 'Ashim, lalu memintanya untuk menimba informasi tentang keluarga penjual susu tersebut. 'Ashim datang menemui Umar bin Khattab, menyampaikan semua informasi tentang perempuan penjual susu dan putrinya. Kemudian Umar menceritakan percakapan antara mereka yang didengarnya tadi pagi menjelang fajar. Ia menyuruh 'Ashim untuk menikah dengan puteri penjual susu itu.

"Pergilah kepadanya dan nikahilah ia, nak! Aku melihat ia adalah wanita yang diberkahi. Mudah-mudahan suatu saat nanti ia akan melahirkan orang hebat yang akan memimpin Arab!"

Keduanya pun akhirnya menikah dan dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Laila, atau biasa dipanggil dengan Ummu 'Ashim. Mereka mendidik Laila dengan baik, dalam suasana keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam, sampai ia tumbuh menjadi seorang gadis yang memahami dan mengamalkan Islam dalam hidupnya.

Laila menikah dengan putera khalifah Daulah Umawiyah yang keempat, namanya Abdul Aziz. Dari perkawinannya itulah lahir seorang anak yang nantinya akan memenuhi dunia dengan keadilan. Dialah Umar bin Abdul Aziz.

Ini adalah sebuah kisah perjalanan sejarah yang panjang tentang seorang wanita yang memiliki nilai agung, yaitu muroqobatullah. Yang ada dalam dirinya hanyalah dia selalu tahu bahwa Allah selalu mengawasinya. Ini merupakan pelajaran sangat mahal yang diberikan oleh Umar bin Abdul Aziz sebagai keturunan dari orang-orang yang memiliki nilai muroqobatullah.

Friday, December 18, 2015

Misteri Al Quaran milik Thomas Jefferson, pencetus Deklarasi Kemerdekaan AS.

Misteri Al Quaran milik Thomas Jefferson

Ada benang merah antara sejarah kemerdekaan Amerika Serikat dengan Islam: salah satunya dibuktikan melalui Thomas Jefferson dan Alquran miliknya.

Fakta tersebut menyeruak pada 2006 lalu. Kala itu, Keith Ellison terpilih sebagai anggota Kongres AS dari negara bagian Minnesota.

Politisi Partai Demokrat itu menjadi muslim pertama yang bergabung dalam lembaga legislatif tersebut.

Saat pengambilan sumpah, ia menggunakan Alquran dari perpustakaan Thomas Jefferson — pencetus Deklarasi Kemerdekaan AS.

Keith Ellison menjadi anggota Kongres AS yang disumpah dengan Alquran, salinan kitab suci milik Thomas Jefferson (Asiatribune)

Keputusannya itu jadi kontroversi. Dan, orang-orang pun bertanya-tanya, bagaimana bisa Bapak Pendiri AS itu punya salinan Alquran?

Ketika kabar tersebut sampai ke telinga seorang penulis buku, Denise Spellberg, ingatannya yang lama terkubur, menyeruak.

“Aku sudah lama tahu bahwa Jefferson punya Alquran, namun perhatian media terarah pada anggota Kongres yang menggunakannya dalam pengambilan sumpah. Aku tak mengira Alquran itu selamat,” kata dia, seperti dikutip dari situs 15 Minutes History yang dikelola The University of Texas, Austin.

Sebagian besar buku-buku dan dokumen milik Thomas Jefferson hancur saat Inggris membakar Capitol and the Library of Congress pada 1814.

Dalam bukunya ‘Thomas Jefferson’s Qur’an: Islam and the Founders’, Spellberg menggambarkan bagaimana Alquran diduga kuat mempengaruhi ide-ide Presiden ke-3 AS tentang pluralitas dan kebebasan beragama.

Thomas Jefferson adalah seorang pencinta buku. “Ia memesan salinan Alquran pada tahun 1765, 11 tahun sebelum ia menuliskan Deklarasi Kemerdekaan,” kata Spellberg, seperti Liputan6.com kutip dari artikel ‘The Surprising Story Of ‘Thomas Jefferson’s Qur’an’ yang dimuat di situs NPR pada 13 Oktober 2013.

Spellberg menambahkan, saat ini orang cemas dan curiga dengan ajaran Islam, “kebanyakan karena orang-orang belum memahami Islam dengan baik.”

Pun pada masa itu di Amerika dan Eropa. Citra Islam pada Abad ke-18 justru diwakili para perompak.

“Namun Jefferson merasa ingin tahu tentang agama tersebut (Islam) dan aturannya, itu mengapa ia membeli Alquran.”

Keputusannya membeli Alquran mungkin juga dilatarbelakangi bidang studinya. Kala itu Jefferson belajar ilmu hukum di College of William and Mary.

Ia membeli salinan terjemahan Alquran yang ditulis George Sale di sebuah toko buku di Duke of Gloucester Street, London dan mengirimkannya ke Virginia.

Buku itu adalah terjemahan Alquran terbaik ke Bahasa Inggris pada masanya.

Desakan Amerika Serikat menjadi negara yang hanya mengakui satu agama: Kristen Protestan, menyeruak kala itu.

Bahkan, Katolik — yang dianggap mengakui kekuatan asing lewat Paus dan Vatikan dianggap ‘orang luar’. Apalagi umat Islam dan Yahudi.

Dan, pada 1788, saat negara-negara bagian akan meratifikasi Konstitusi, masalah identifikasi non-Kristen adalah bagian dari perdebatan.

Namun, seperti dikutip dari situs Oxford Islamic Studies, ada kesamaan antara pernyataan merdeka AS dengan Piagam Madinah.

Bahkan Amandemen Pertama Konstitusi AS menjamin kebebasan beragama.
Misteri Al Quaran milik Thomas Jefferson
Salah satu isi Piagam Madinah adalah terkait pluralitas dan persatuan melawan ancaman dari luar, juga perlindungan bagi kaum minoritas.

Tak diketahui pasti apakah Jefferson familiar dengan Piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad pada tahun 622 Masehi.

Diduga kuat pemikirannya dipengaruhi terjemahan ayat-ayat Alquran tentang pluralisme. Salah satunya, Surat Al Baqarah ayat 62.

Dan bagi Jefferson dan pendiri AS lainnya, meski hanya minoritas, menyertakan muslim berarti membuka pintu bagi semua umat beragama: pemeluk Yahudi, Katolik, dan lainnya. “Jika muslim dikesampingkan, itu berarti tak ada prinsip-prinsip universalitas bagi semua pemeluk agama di AS.”

Jefferson, George Washington, dan para pendiri AS yang memproyeksikan populasi AS di masa depan, ironisnya, tak mengetahui bahwa kala itu sudah ada pemeluk Islam di AS. Mereka adalah para budak, yang dibawa dari Afrika barat dengan paksa.

Apapun, pada 9 Desember 1805, Thomas Jefferson menjadi tuan rumah acara buka puasa bersama (iftar) di AS, yang digelar di Gedung Putih.

Acara tersebut tak direncanakan sebelumnya. Kala itu, ia menerima utusan dari pemerintah Tunisia. Mengetahui tamunya sedang berpuasa, Jefferson memundurkan pertemuan dan acara makan bersama hingga waktu Matahari terbenam.

Sejauh mana pengaruh Alquran pada diri Thomas Jefferson tak pernah diketahui secara pasti. Namun yang jelas, pengetahuannya tentang Islam, dan agama lainnya, didukung pendidikan yang didapat dari College of William and Mary, dan dipengaruhi pemikiran Abad Pencerahan (Enlightenment) mempengaruhinya dalam penyusunan nilai-nilai hakiki yang dianut dan dibanggakan Amerika Serikat saat ini.


Sumber: Terselubung.In

Thursday, December 17, 2015

Kisah Ajaib Nu'aiman yang berwatak lucu dan Aneh

 Nu'aiman yang berwatak lucu

Nu'aiman ibnu Amr Al-Anshary adalah penduduk Madinah dari keturunan kaum Anshar, dari Bani Najjar. Pada waktu perang Badar, dia turut berjihad bersama Rasulullah S.a.w. Di kalangan para sahabat, Nu'aiman terkenal sebagai sahabat yang suka bergurau. sehingga Rasulullah S.a.w sendiri bersabda : 

"Nu'aiman akan masuk syurga sambil tertawa, kerana dia suka membuat ku tertawa".

Pada suatu ketika Rasulullah S.a.w mengunjungi Nu'aiman yang sedang sakit mata. Rasul melihat dia sedang asyik makan kurma. Baginda kemudian mengajukan pertanyaan kepadanya : "Bolehkah kamu makan kurma, sedangkan matamu sedang sakit?" Nu'aiman menjawab : " Saya makan menggunakan mata yang satu lagi". Mendengar jawapan Nu'aiman ini, Rasul tertawa sehingga kelihatan gigi gerahamnya.10

Nu'aiman memang selalu bergurau, sehingga membuat Rasulullah tertawa dan gembira. Antara kisah-kisah gurauannya adalah :

Pada suatu hari, Nu'aiman memberi madu kepada Rasulullah S.a.w sebagai hadiah. Madu itu dia beli daripada orang kampung. Ketika dia memberikan madu itu kepada Rasulullah, dia membawa bersamanya penjual madu tersebut. Tanpa pengetahuan Rasulullah, Nu'aiman menyuruh penjual tersebut meminta wang daripada Rasulullah sebagai ganti harga madu itu. Dan ketika Rasulullah S.a.w sedang membahagikan madu itu kepada para sahabat yang hadir di rumahnya, penjual tersebut berteriak : "Bayarlah harga maduku itu?" Kemudian Rasulullah berkata : "Ini pasti idea Nu'aiman". Kemudian Rasulullah memanggilnya dan bertanya : "Mengapa kamu lakukan hal ini?" Nu'aiman menjawab : "Saya ingin mendapatkan kebaikanmu wahai Rasulullah S.a.w. Saya tidak mempunyai apa-apa". Rasulullah pun tersenyum dan akhirnya dia memberi wang kepada penjual tersebut. 11

Ada seorang lelaki datang dari kampung terus ingin menghadap Rasulullah S.a.w (kemudian masuk ke dalam masjid). Dia meninggalkan unta haiwan tunggangnya di halaman. Ada sebahagian sahabat yang berkata kepada Nu'aiman : "Sembelihlah haiwan itu kemudian kita makan dagingnya bersama-sama. Kami ingin sangat makan daging ketika ini. Nanti wang ganti ruginya biar Rasulullah yang membayarnya." Nu'aiman menyetujui permintaan sahabat itu dan akhirnya dia menyembelih haiwan tersebut. Ketika orang kampung itu keluar dari masjid, dia terkejut dan menjerit kerana haiwan tunggangannya mati. Rasulullah pun keluar rumah dan bertanya : "Siapa yang melakukan hal ini?

Para sahabat menjawab : " Nu'aiman, wahai Rasul". Kemudian Rasulullah mencari Nu'aiman dan menjumpainya sedang bersembunyi di balik daun kurma di dalam parit tidak jauh dari rumah Duba'ah bin al-Zubair bin 'Abd al-Muttalib. Rasulullah dapat menemui kerana ada seorang yang memberitahu tempat persembunyian Nu'aiman. Kemudian Rasulullah menyuruhnya keluar, dan melihat wajah Nu'aiman penuh dengan debu. Rasulullah bertanya kepadanya : " Mengapa kamu melakukan hal ini?" Nu'aiman menjawab : "Orang-orang yang menunjukkan tempat aku bersembunyilah yang menyuruhku melakukan hal ini wahai Rasulullah". Setelah mendengar jawapan itu, Rasulullah membuang debu yang ada di wajah Nu'aiman dengan senyuman, kemudian Baginda mengganti harga unta yang telah disembelih itu.

Selalunya Nu'aiman yang memperkenakan orang lain, tetapi ada satu kisah dimana Nu'aiman telah diperkenakan oleh sahabatnya sendiri iaitu Suwaibit.

Suwaibit dan Nu’aiman adalah dua orang sahabat Baginda s.a.w yang kerap membuatkan Baginda s.a.w tertawa dengan kelakuan mereka yang melucukan dan menggembirakan hati.

Kedua-dua sahabat ini di antara tentera Perang Badar dan peristiwa lucu ini berlaku setahun sebelum kewafatan Baginda s.a.w.

Satu ketika kedua-dua sahabat ini pergi mengikuti Saidina Abu Bakar as Siddiq r.a berniaga di Busra. Ketika itu, Nu’aiman membawa bekalan makanan. Lalu Suwaibit menyuruh Nu’aiman memberikan bekalan tersebut kepadanya untuk dimakan.

Nu’aiman memberitahunya bahawa dia akan mengeluarkan bekalan tersebut apabila Saidina Abu Bakar sampai kepada mereka.  (Suwaibit seakan tidak puas hati dengan tindakan Nu'aiman itu)

Ketika itu, ada sekumpulan manusia datang berhampiran mereka. Suwaibit mengambil kesempatan dengan bertanya kepada mereka, “adakah kamu hendak membeli hamba (Nu’aiman) daripadaku?”

Lalu kumpulan tersebut bersetuju untuk membeli hamba daripada Suwaibit, dan dia telah berpesan bahawa hambanya akan berkata “saya merdeka”. Oleh itu, apabila dia berkata demikian, jangan peduli dan biarkan dia.

Lalu mereka membeli hamba (konon) Suwaibit itu dengan seekor unta muda. Suwaibit pun mengalungkan tali unta tersebut ke leher Nu’aiman (hamba). Lalu mereka pergi dengan membawa Nu’aiman dengan tali unta tersebut.

Nu’aiman segera berkata kepada mereka, "aku adalah seorang merdeka, dan bukannya hamba." Dan ini hanyalah gurau senda Suwaibit semata-mata. Lalu mereka melepaskan Nu’aiman kerana hamba tersebut telah berkata “aku merdeka”. Setelah itu, dia segera menemui Suwaibit dan menceritakan hal tersebut kepada Saidina Abu Bakar.

Lalu Saidina Abu Bakar menyuruh Suwaibit mengembalikan semula unta muda tersebut kepada sekumpulan manusia tersebut. Apabila cerita ini disampaikan kepada Nabi s.a.w, baginda tertawa kerana kelucuannya.  Dan kisah ini menyebabkan Rasulullah S.a.w dan para sahabat tersenyum apabila diungkitkan tentang kisah ini selama setahun.  [Kisah ini disebut dalam Sunan Ibnu Majjah : 3219, dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]


Ada pula kisah Nu'aiman pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Seorang buta iaitu Makhrumah bin Naufal yang berusia 115 tahun, dia berdiri di masjid untuk kencing. Para sahabat berteriak, "masjid, masjid!"  Maka Nu'aiman memimpin tangannya membawa ke satu bahagian lain masjid. Setelah itu Nu'aiman berkata kepadanya, "kencinglah di sini."

Maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata,  "Celaka kamu!" Siapakah yang membawaku ke tempat ini?  Mereka menjawab, "Nu'aiman!"

Makhrumah berkata, "Sungguh jika aku beruntung, aku akan pukulnya dengan tongkatku!"  Nu'aiman datang semula kepada Makhrumah selang beberapa hari kemudian. Kali ini Nu'aiman membuat suara lain, agar Makhrumah tidak cam bahawa itu adalah Nu'aiman.

Nu'aiman bertanya kepada Makhrumah, "Apakah kamu inginkan Nu'aiman?"   Makhrumah mengiyakannya, lantas Nu'aiman membawa orang buta tersebut kepada Saidina Utsman yang sedang solat dalam masjid. Nu'aiman berkata, "Di depan mu itu adalah Nu'aiman."  Makhrumah pun terus memukul orang yang disangkanya Nu'aiman, tetapi rupa-rupanya adalah Khalifah Utsman bin Affan.

Sahabat-sahabat berteriak, "Kamu telah memukul Amirul Mukminin!"  Bayangkan kenakalan Nu'aiman, sehinggakan khalifah (pemerintah) pun dia boleh pekenakan.  Akan tetapi orang tidak marah dengan Nu'aiman, kerana masing-masing sudah tahu tentang kelucuannya.

Ibnu Sirin pernah ditanya tentang kebiasaan para sahabat, “Apakah mereka itu juga bergurau? Beliau menjawab, “Mereka tidak lain adalah manusia biasa seperti umumnya manusia, seperti Ibnu Umar, beliau sering bergurau dan bersenandung dengan syair.” (HR. Abu Nu'aim di dalam Al Hilyah: 2/275).

Sebahagian sahabat ada yang bersenda gurau dan Rasulullah S.a.w. pun membiarkan dan menyetujuinya. Hal-hal seperti ini terus berlaku setelah Rasul s.a.w wafat. Semua itu diterima oleh para sahabat, tidak ada yang mengingkari.  Ini membuktikan bahawa Nabi Muhammad s.a.w tidak pernah melarang umatnya untuk bergurau-senda, selama mana gurau itu tidak melampaui batas dan melanggar syariat.

2 Ihya' Ulum al-Din (2/325)
3 Kanz al-'Ummul (4/27)
5 Nihayah al-Irb, (4/1).
6 Ibid, (4/2)
10 Al-'Aqd al-Farid, (6/381)
11 Al-Isti'ab, (Hal. 1529)
12 Ibid, (hal 1528) dan al-Sirah al-Halabiyyah, (2/375)
16 Ibid, (2/337)

Monday, April 20, 2015

Dokter Muslim Al Zahrawi, Penemu Ilmu Bedah Modern dan Gips

Dokter Muslim Al Zahrawi

Banyak orang tidak mengetahui bahwa penemu berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dasar-dasarnya dipergunakan sampai saat ini adalah para cendekiawan muslim. Eksistensi para cendekiawan muslim di ranah ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan jauh sebelum bangsa Eropa memasuki masa renaissance atau zaman pencerahan yang dianggap sebagai tonggak perkembangan ilmu pengetahuan di Barat.

Salah satu cendekiawan besar yang hingga saat ini masih dicatat dalam sejarah, terutama dalam bidang kedokteran, adalah Al- Zahrawi atau yang dikenal oleh Barat dengan sebutan Abul Casis, seorang dokter ahli bedah penemu ilmu bedah modern yang dasar-dasar keilmuannya sampai detik ini masih dipergunakan di seluruh dunia.

Al-Zahrawi adalah seorang dokter pakar ilmu bedah yang termasyhur hingga abad 21. Nama lengkapnya Abu Al-Qasim Khalaf ibn Al-Abbas Al-Zahrawi. Ilmuwan penemu ilmu bedah modern ini lahir pada tahun 936 M di Kota Al-Zahra, sebuah kota berjarak 9,6 kilometer dari Cordoba, Andalusia, atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Spanyol.

Ia merupakan keturunan Arab Anshar dari kota Madinah Al-Munawarah yang saat perkembangan Islam ke benua Eropa ikut berhijrah ke Spanyol dan menetap disana. Di Kota Cordoba ini Ia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta seumur hidupnya mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga Ia wafat.

Mengikuti jejak cendekiawan muslim pendahulunya Ibnu Sina atau Abu ‘Ali al-Husayn bin ‘Abdullah bin Sina (Avicenna) sang penemu ilmu kedokteran dan pengobatan modern yang dasar-dasar ilmunya menjadi dasar ilmu kedokteran dan pengobatan masa kini,  maka selama separuh abad Al-Zahrawi mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran, khususnya ilmu bedah modern.
Dokter Muslim Al Zahrawi
Dalam Kitab Al-Tasrif yang ditulisnya, ia memperkenalkan lebih dari 200 macam alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.

Di antara alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah Catgut. Alat ini digunakan Al-Zahrawi untuk menjahit bagian dalam tubuh yang hingga kini masih digunakan di seluruh dunia dalam ilmu bedah modern.

Selain itu, Al-Zahrawi juga menemukan Forceps, yakni alat yang sampai detik ini masih digunakan oleh rumah sakit di seluruh dunia untuk mengangkat janin yang meninggal di dalam kandungan ibunya. Alat itu juga digambarkan dalam Kitab Al-Tasrif.Dalam kitab itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan Ligature (benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahaan arteri, yang sampai detik ini pun masih dipergunakan di seluruh dunia.

Salah satu sumbangan pemikiran Al Zahrawi yang begitu besar bagi kemajuan perkembangan ilmu kedokteran modern adalah penggunaan Gypsum (Gips) bagi penderita patah tulang maupun geser tulang agar tulang yang patah bisa tersambung kembali. Sedangkan tulang yang tergeser bisa kembali ke tempatnya semula. Metode penemuan Al-Zahrawi ini pun sampai detik ini masih dipergunakan di seluruh dunia.
Berbagai macam peralatan penting untuk pembedahan yang ditemukan Al-Zahrawi, antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula, yang kesemuanya itu sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh dokter-dokter bedah dan paramedis di seluruh dunia.
 
Tak cuma itu saja, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang sangat rumit yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam uretra (saluran kencing), alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan, serta alat pemeriksa telinga. Kontribusi Al- Zahrawi bagi dunia kedokteran, khususnya bedah, hingga kini masih tetap bermanfaat bagi umat manusia, bahkan menjadi dasar bagi pengembangan ilmu bedah modern masa kini ke metode yang lebih maju pada masa mendatang.