Thursday, June 16, 2016

Kisah Ajaib TerpilihnyA Umar bin Abdul Aziz Sebagai Khalifah

Kisah Ajaib TerpilihnyA Umar bin Abdul Aziz Sebagai Khalifah

Orang besar, hebat, luar biasa, ahli ilmu seperti Umar bin Abdul Aziz tidak mungkin meminta jabatan khalifah untuk dirinya. Ia tentu ingat pesan Rasulullah kepada ummatnya untuk tidak meminta jabatan atau tidak memberikan jabatan kepada orang yang memintanya.

Hal inilah yang dilihat dengan jelas oleh Raja' bin Haiwah, seorang ahli fiqih, ulama' besar saat itu. Raja' menilai bahwa Umar ini memiliki kompetensi dan persyaratan yang mumpuni untuk memimpin ummat. Tapi raja' juga memahami bahwa Umar tidak mungkin meminta jabatan ini. Ia melihat bahwa orang seperti Umar itu harus dimunculkan ke permukaan. Baru kemudian setelah muncul diberikan dukungan yang kuat.

Jasa terbesar Raja' bin Haiwah dalam sejarah peradaban Islam adalah, keberhasilannya dalam membujuk Sulaiman bin Abdul Malik untuk mewasiatkan tampuk kekhilafahan kepada Umar bin Abdul Aziz saat dirinya sedang sakit keras. Usulan itu disepakati oleh Sulaiman dan akhirnya tampil-lah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah yang fenomenal.

Ibnu Sirin berkata, "Semoga Allah merahmati Sulaiman. Ia mengawali kepemimpinannya den-gan menghidupkan kembali shalat tepat pada waktunya dan mengakhiri kepemimpinannya dengan mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya. Ia meninggal pada tahun 99 H. umar bin Abdul Aziz ikut hadir menshalatkannya. Dan di cincinnya tertulis, "Aku beriman pada Allah dengan ikhlas."

Banyak riwayat yang menceritakan tentang perjalanan bagaimana Sulaiman memilih Umar untuk menggantikannya. Diantara riwayat yang adalah riwayat Ibnu Sa'dSuhail bin Abi Suhail.

Hari itu adalah hari jum'at. Sulaiman bin Abdul Malik memakai pakaian berwarna hijau yang terbuat dari sutera. Lalu ia bercermin dan berkata, "Demi Allah, aku adalah raja muda." Kemudian ia keluar ke masjid untuk memimpin shalat Jum'at.

Saat pulang ia merasakan badannya panas tinggi. Setelah merasa berat, iapun segera menulis surat. Didalamnya ia mewasiatkan kepada Ayub, salah seorang puteranya yang masih kecil, belum baligh, untuk menjadi khalifah setelahnya.

Mengetahui hal itu, Raja' pun segera bertanya, "Apa yang kamu perbuat wahai Amirul Muk-minin? Sesungguhnya diantara yang akan menjaga seorng khalifah di kuburnya adalah hendaklah ia memilih pengganti orang yang shalih.

"Aku sudah mempertimbangkannya." jawab Sulaiman. Setelah berlalu satu atau dua hari akhirnya surat wasiat itu dibakar. Lalu Sulaiman memanggil Raja' bin Haiwah.

"Bagaimana menurutmu dengan puteraku, Daud bin Sulaiman?" paparnya.
"Ia sedang di Konstantinopel. Sedang engkau tidak tahu, apakah dia masih hidup atau sudah mati."
"Menurutmu siapa, Raja'?"
"Aku ikut pendapatmu, wahai Amirul Mukminin." jawab Raja' merendah.
"Aku hanya ingin tahu saja siapa menurutmu."
"Bagaimana kalau Umar bin Abdul Aziz?"
"Sungguh aku sangat mengenalnya sebagai orang mulia dan pilihan. Tapi jika aku memilihnya, dan aku tidak memilih salah satu dari keturunan Abdul Malik, sungguh akan terjadi fitnah. Mereka tidak akan diam begitu saja. Kecuali jika aku menjadikan salah satu dari mereka khalifah setelahnya. Mungkin Yazid bin Abdul Malik? Yazid bin Abdul Malik bisa aku jadikan khalifah setelahnya nanti. Bagaimana?"
"Setuju."
Kemudian Abdul Malik menulis;
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah surat dari Abdullah Sulaiman Amirul Mukminin untuk Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya aku mengangkatmu sebagai khalifah setelahku. Dan setelah itu adalah Yazid bin Abdul malik. Maka dengarkanlah ia dan taatlah kalian kepadanya. Bertakwalah kalian pada Allah dan jangan bercerai berai.

Setelah itu surat wasiat itu distempel. Kemudian Sulaiman mengirimkan perintah kepada Ka'ab bin Hamid, salah seorang kepala penjaga, untuk mengumpulkan anggota keluarga. Setelah semuanya berkumpul, Sulaiman berkata kepada Raja', "Bawalah surat wasiat ini kepada mereka. Kabarkan pada mereka bahwa ini adalah surat wasiat dariku. Suruhlah mereka untuk membaiat orang yang namanya kutulis didalamnya."
Raja' melakukan perintah Sulaiman. Setelah menengar penjelasan dari raja', mereka berkata, "Kami mendengar dan kami mentaati siapa yang namanya ditulis di dalamnya. Sekarang kami ingin bertemu dengan Sulaiman."

Merekapun masuk menemui Sulaiman. Kemudian Sulaiman berkata, "Surat itu adalah wasiatku. Dengarkanlah kalian, ta'atilahdan bai'atlah orang yang namanya kutulis disana."

Setelah semuanya pergi, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz datang menemui Raja'. "Wahai Abul Miqdam, sesungguhnya Sulaiman mencintaiku dan menghormatiku. Ia juga baik dan lemah lembut padaku. Aku takut jika dia melibatkanku dalam urusan ini. Maka atas nama Allah, penghormatanku dan kasih sayangku, aku memintamu untuk mengabariku. Jika memang memang itu benar, maka aku akan mengundurkan diri mulai sekarang, sebelum datang keadaan yang mana aku tak mampu lagi untuk mengundurkan diri."
"Demi Allah, satu huruf pun tak akan kuberitahu." jawab Raja'. Umar pun pergi dalam keadaan marah. Setelah itu datanglah Hisyam bin Abdul Malik menemuiku.

"Wahai Raja', sungguh aku menghormatimu dan mencintaimu sejak dulu. Beritahukan kepadaku, apakah wasiat itu untukku? Jika untukku maka aku telah mengetahui. Tapi jika bukan maka aku akan angkat bicara. Tidak ada yang lebih pantas dariku. Beritahu aku, semoga Allah mem-berimu pahala dan aku tidak akan menyebut namamu selamanya." kata Hisyam bin Abdul Malik.

"Demi Allah, satu huruf pun tak akan kuberitahu." jawab Raja'. Hisyam beranjak pergi setelah memukulkan kedua tangannya dalam keadaan marah sambil berkata, "Akankah keluar dari ketu-runan Abdul Malik!"
Kemudian Raja' masuk menemui Sulaiman. Ternyata ia sudah meninggal. Lalu Raja' menye-limutinya dengan kain hijau dan menutup pintu kamar. Lalu datanglah utusan istrinya hendak meli-hatnya. Setelah bertanya tentang keadaannya, Raja' menjawab, "Ia telah tidur dan memakai selimut."

Raja' menunjuk salah seorang kepercayaannya untuk berdiri di depan pintu, menjaga agar jangan samapi ada siapapun yang masuk. Kemudian Raja' menyuruh Ka'ab bin Hamid al-Ansi untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga kerajaan. Merekapun berkumpul di Masjid Dabiq.
"Lakukanlah bai'at" pinta Raja' pada mereka.
"Kami sudah membai'at. Apakah harus dua kali melakukannya?!' jawab mereka.
"Ini adalah perintah Amirul Mukminin. Lakukanlah baiat kepada nama yang tertulis di dalam surat ini sesuai perintahnya."
Merekapun akhirnya melakukan bai'at untuk yang kedua kalinya satu-persatu. Setelah selesai Raja' berkata, "Bangkitlah kalian. Sesungguhnya khalifah telah meninggal."
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." sahut mereka.

Lalu Raja' membacakan surat wasiat itu. Ketika sampai pada nama Umar bin Abdul Aziz, tiba-tiba Hisyam berteriak, "Kami tak akan membai'atnya selamanya!!"
"Demi Allah, aku akan penggal lehermu! Berdiri dan berbai'atlah!" sahut Raja'.

Hisyampun berjalan dengan berat. Raja' berjalan mendekati Umar dan mendudukkannya di atas mimbar. Berkali-kali Umar melafadhkan kalimat istirja' karena wasiat itu diamanahkan un-tuknya. Sedang Hisyam melafadhkan istirja' karena merasa bersalah.

Setelah sampai di dekat Umar, Hisyam berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Urusan ini jatuh kepadamu, bukan pada keturunan Abdul Malik."

Umar bin Abdul Aziz menjawab, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Urusan ini jatuh padaku padahal aku membencinya." 1

1 comment:

  1. tentu dengan hadirnya tabungan kurban akan memudahkan para perkurban untuk mempunyai hewan kurban pada saat akan berkurban di hari raya idul adha.

    ReplyDelete