Saturday, April 9, 2016

BAGAIMANA SAINS MENJELASKAN NABI ISA AS LAHIR TANPA AYAH ?


Oleh Hanny Rono

Pertanyaan ini pernah tercuat pada saya dari audiens saat membahas sex education. Berulang kali saya tekankan bahwa sains bukanlah media untuk menjadikan kita merasa “Tuhan” tapi untuk lebih mengenal hingga menjadi lebih tunduk pada Tuhan dengan fenomena alam yang maha luar biasa terjadi.

Steven Spielberg melalui filmnya Jurassic Park sempat menyampaikan sebuah pesan bahwa alam akan mengatur dirinya sendiri untuk tetap bisa bertahan hidup sekalipun harus memakan banyak korban.

Dalam film itu diperlihatkan para ilmuwan yang berusaha untuk mengendalikan populasi dinosaurus dengan hanya menciptakan berjenis kelamin betina saja. Kenyataannya, karena aroganisme mereka, ternyata dinosaurus mampu bertelur tanpa perlu peran pejantan.

Dalam fakta ilmiah, diketahui lebih dari 70 spesies bahkan mungkin lebih banyak lagi hewan dan tumbuhan yang mampu untuk mereproduksi tanpa peranan sisi pejantan.

Contoh nyata yang paling dekat saja adalah Komodo. Reptilia purba ini diketahui mampu untuk bertelur sekalipun di pulau tempat ia berdiam tidak terdapat komodo pejantan, bahkan uniknya, komodo betina ini mampu mengendalikan genetikanya hingga telur-telurnya dominan berkelamin jantan untuk mengimbangi populasi di pulau tersebut di kemudian hari.

Fenomena ini dikenal sebagai Parthenogenesis yang berasal dari bahasa Yunani, Parthenos yang berarti “perawan” atau "virgin", Genesis yang berarti “penciptaan” atau "creation". Lebih hebatnya lagi ternyata Parthenogenesis beragam macamnya, terkadang situasional atau bahkan permanen.

Apakah fenomena Siti Maryam atau Maria termasuk kategori parthenogenesis ini? Kita tidak tahu, ya, kita tidak tahu pasti, wallahu ‘alam bishowab.

Bila pertanyaannya mungkinkah atau masuk akalkah atau logiskah secara sains? Jawabannya ya sangat dimungkinkan.

Tapi ketika muncul pertanyaannya mungkinkah seorang anak bisa dilahirkan tanpa seorang ayah? Saya tidak bisa menjelaskan komprehensif kepada awam karena saya sendiri tidak merekomendasikannya tanpa pendamping ahlinya, sekalipun anda bisa googling di internet mengenai topik ini. Salah satunya silahkan anda simak di laman http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/1431489.stm dan http://goo.gl/FKUbZj

Kekhawatiran saya, tanpa pendamping yang ahli dan bijak, topik ini rentan akan legitimasi kepada para gay dan lesbian atau pihak yang anti pernikahan untuk mempunyai keturunan tanpa norma agama, bahkan skenario terburuknya, anda bisa menjadi seorang atheis.

Bisa dibayangkan rusaknya psikologis anak (kalau memang terjadi) mengetahui dirinya lahir tanpa kejelasan garis keturunan, bisa mengacaukan hukum waris bagi dirinya, dan yang pasti fisiologis tubuhnya akan mengalami kecacatan atau tidak berusia panjang.

Saya sangat bersyukur bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam as dari tanah seakan-akan Allah SWT tahu bahwa kelak pelajaran hikmah diciptakannya Nabi Isa as tanpa ayah bukannya membuat beriman malah justru akan membuat semakin jauh dari iman.

Intinya, ada alasan maha indah mengapa Allah SWT menceritakan proses penciptaan Nabi Adam as dalam al-Qur’an adalah sebagai maklumat peringatan bagi beberapa ilmuwan saat ini yang sangat tidak arif karena telah mulai berusaha menerapkan Parthenogenesis pada manusia yang hanya berakhir pada melogiskan bahwa tanpa peranan Tuhan pun mereka bisa, Subhanallahiladzim.

Image courtesy of University of Wisconsin-Madison: http://goo.gl/FKUbZj

Further reading: "Self-fertilization in human: having a male embryo without a father" - http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20452130

No comments:

Post a Comment