Tuesday, August 2, 2016

sumber: google

Berita dari dokter hari itu membikin badan lemas. Semua persendian seolah terkunci. Berita itu bak halilintar di siang bolong.

Sebagai manusia, sungguh, saya tdk kuasa mendengar keputusan dokter kandungan yg berbicara istri saya terpaksa wajib meperbuat operasi caesar dalam proses persalinan, yg telah memasuki bulan kesembilan.

Dokter mengarakan, istri saya wajib menjalani operasi caesar sebab pinggulnya sempit. Bila dipaksakan untuk lahir dengan cara normal bakal berdampak fatal, khususnya tahap bahu yg dpt saja mengalami peremukan.

Hati suami mana yg tidak ikut remuk mendengar vonis semacam itu? Siapapun suami, tentu ingin istrinya melahirkan dengan normal tanpa persoalan.

Terlebih, kelahiran ini adalah anak pertama yg telah dinanti-nanti kedatangannya. Lidah terasa kelu tidak lagi sanggup berucap. Raut wajah yg mulanya cerah, berubah pucat terselimuti awan yang berduka.

Berusaha menghibur hati, bersama istri, saya mencoba mencari dokter kandungan lain. Tentu, besar andalan kami, dokter serta bidan lain sanggup mematahkan rekomendasi dokter kandungan pertama tempat awal kita mengecekkan istri.

Tetapi apa mau dikata, setiap dokter serta bidan yang kita datangi untuk konsultasi, semua angkat tangan. Seolah mereka saling bersepakat satu sama lain; istri saya wajib melahirkan melewati operasi caesar. Titik!

Kecemasan kita berdua lengkaplah telah.
Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi kecemasan kami. Pertama, mendengar kalimat operasi, terlintas dengan jelas keruetan proses persalinan yang bakal dilewati oleh istri.

Ada tidak sedikit perasaan berkecamuk. Kecewa, takut, cemas, semua bercampur menjadi satu. Bagaimana kondisi istri serta janinnya pasca operasi? Bakal baik-baikkah keduanya? Apakah efek samping operasi bagi kesehatan istri pasca operasi? Hal-hal negatif inilah yang kerap mengganggu pikiranku.

Kedua, soal biaya. Yang menjadi momok yang selanjutnya bila wajib mengambil langkah operasi ketika melahirkan adalah biaya.

Seusai bertanya di sana-sini soal anggaran operasi caesar, angkanya telah membikin mataku terbelalak serta dahi mengerit. Uang puluhan juta bukan faktor kecil bagi saya yang seorang guru. Sangat besar.

Lagi pula, dari mana sertaa sebesar itu dapat kudapatkan dalam sekejap? Sedang kontrakan saja yang sekarang kita tempati berdua wajib menyicil serta memotong gaji sebab tidak kuat bayar dengan cara kontan.

Mau meminjam di keluarga besar; ayah, ibu, saudara-saudara lain jelas tidak.
Telahlah. Lumayan bagi saya merepotkan mereka, sejak dari buaian, kuliah bahkan hingga menikah, semua telah memberatkan mereka.

Apalagi kondisi ekonomi mereka juga buruk dari kita berdua. Saya urungkan niat memperlawankan pada keluarga supaya tidak memberatkan mereka.

Syukur Alhamdulillaah, bekerja di lingkungan pesantren sangatlah mengangkat berkah.
Selain kerap mendapat pencerahan mengenai hakekat nasib, rezeki serta sebagainya, saya pun mempunyai para guru, senior-senior serta kawan-kawan yang rutin menguatkan serta menghibur dengan nasehat-nasehat menentramkan hati.

“Doalah terhadap Allah Subhanahu Wata’ala supaya semuanya baik-baik saja. Kalau Allah telah berkehendak, maka tidak bakal ada yang sanggup mencegahnya,” demikian di antara nasehat yang kuterima dari mereka.

Nasehat itu rupanya membesarkan hati saya. Di setiap sujud, saya rutin memohon kepada-Nya supaya proses kelahiran istri lancar serta normal-normal saja, tanpa wajib operasi.
Ketika bersilaturrahim alias ketemu sahabat terdekat, tidak lupa saya senantiasa meminta doa mereka untuk keselamatan serta kelancaran kelahiran calon bayi yang ada di kandungan istri.

Terngiang sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam supaya senatiasa umatnya meminta doa dari saudara seimannya, dikarenakan tidak ada yang mengenal dari doa siapakan yang bakal diijabah Allah.

Manusia berusaha, Allah Subhalanu Wata’ala berkehenda. Segala puji bagi Allah semata. Ketika tiba hari dimana istri wajib melahirkan, dengan izin Allah, akhirnya istri dapat melahirkan dengan normal serta lancar tanpa kendala sedikitpun.

Satu faktor yang aku yakini menjadi kata kuncinya. Surat Al-Baqarah: 186, yang artinya, “Berdoalah anda kepaadaku, niscaya bakal Aku kabulkan.”

Semoga kisah spiritual yg saya alamiah ini, terus menguatkan kita bertiga. Juga para pembaca untuk menyibukkan serta bersandar hanya terhadap Allah Subhanahu Wata’ala segala urusan. Aamiin. 

Sumber: tribunnews.com

No comments:

Post a Comment